REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Ukraina pada Rabu (20/3/2024) menyatakan jalur kereta api yang diperbaiki dan mengarah ke Semenanjung Krimea, yang dicaplok oleh Rusia pada 2014, merupakan target militer yang sah bagi angkatan bersenjata Ukraina. "Jelas segala sesuatu yang digunakan musuh untuk memperkuat kemampuan militernya adalah target militer yang sah bagi kami," kata juru bicara komando militer selatan Ukraina, Natalia Humeniuk.
Pernyataan itu ia sampaikan kepada kantor berita Ukrinform, ketika menanggapi pertanyaan apakah jalur kereta tersebut dijadikan target. Dalam pidatonya di Lapangan Merah di Moskow, Senin malam (18/3/2024), Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, Moskow telah memperbaiki jalan kereta api yang membentang dari Rostov-on-Don ke Krimea melalui wilayah-wilayah Ukraina yang berada di bawah kendali Rusia.
Ia menetapkan rute tersebut sebagai alternatif dari Jembatan Kerch. Humeniuk mengungkapkan, Ukraina memantau perkembangan terakhir, dan mengatakan Rusia secara tidak langsung mengakui "tidak lagi percaya diri" mengenai Jembatan Kerch dengan mengumumkan rute alternatif dan Moskow.
Menurutnya, Rusia melihat nasib jembatan itu sudah tidak terlalu menjanjikan. Dia berpendapat, jalan kereta api tersebut adalah jalur logistik tambahan untuk menyalurkan pasokan bagi pasukan Rusia di wilayah-wilayah Ukraina yang berada di bawah kendali Moskow.
"Namun progres dan kecepatan pembangunannya saat ini belum terlalu tinggi, karena ada kendala kondisi cuaca, perbekalan yang rumit, dan ada alasan objektif dan subjektif lainnya," kata Humeniuk, menambahkan. Jembatan Kerch, sepasang jembatan paralel, satu jalan raya dan satu jalur kereta api, merupakan jalur pasokan utama bagi Rusia yang dibangun setelah Krimea dianeksasi pada 2014.
Jembatan tersebut telah dua kali menjadi sasaran Kiev sejak awal perang Rusia-Ukraina, yaitu pada Oktober 2022 dan Juli 2023.