REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Riset mengenai xenotransplantation, transplantasi organ tubuh dari hewan ke manusia, telah mengalami kemajuan signifikan. Para peneliti berhasil melakukan uji coba transplantasi ginjal dan liver dari babi ke tubuh manusia.
Awal bulan ini, pria berusia 62 tahun dari Boston, Amerika Serikat, menerima transplantasi ginjal hasil rekayasa genetika dari seekor babi. Tindakan yang merupakan pertama kalinya di dunia itu dinilai sukses oleh tim bedah, di mana organ baru itu sukses memproduksi urine.
Para dokter di Mass General, mengatakan pasien yang menjalani operasi pada 16 Maret 2024 kini dalam keadaan stabil dan sudah bisa berjalan. Warna dan tekstur organ tampak normal setelah ekstraksi, mengeluarkan cairan empedu dan memproduksi kreatinin.
"Ini luar biasa," ujar Winfred Williams yang mengepalai departemen nefrologi di Mass General dan memimpin operasi transplantasi ginjal dari babi ke manusia tersebut, dikutip dari laman Daily Mail, Jumat (22/3/2024).
Pasien yang mendapat transplantasi ginjal dari babi itu bernama Richard Slayman. Dia merupakan pasien tetap di rumah sakit selama 11 tahun karena mengidap diabetes dan tekanan darah tinggi. Akibat gagal ginjal, dia pun harus menjalani cuci darah selama tujuh tahun.
Pada 2018, Slayman sudah mendapat transplantasi ginjal dari manusia. Namun, dalam waktu lima tahun, terlihat bahwa organ yang dicangkokkan ke tubuhnya gagal. Slayman kembali menjalani dialisis dan harus menunggu lima hingga enam tahun untuk mendapatkan organ lain.
Meningkat kekhawatiran bahwa ia tidak akan dapat bertahan hidup karena komplikasi parah akibat dialisis, seperti pembekuan darah. Karena itu, dokter menawarkan agar pria yang berprofesi sebagai pekerja transportasi negara itu untuk menjalani transplantasi ginjal babi.
Ginjal babi dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi eGenesis. Untuk menyesuaikan organ tersebut dengan tubuh manusia, ada tiga gen yang dihilangkan, sebab berpotensi memicu penolakan organ. Para ilmuwan memasukkan tujuh gen manusia agar lebih kompatibel.
Virus yang mungkin ada di dalam organ babi juga telah dinonaktifkan, untuk menghilangkan risiko infeksi pada manusia. Dokter mengatakan prosedur dilakukan dengan Protokol Akses FDA, yang diberikan kepada pasien yang mengidap penyakit atau kondisi yang mengancam jiwa.
Sementara itu, di China, transplantasi liver babi berhasil dilakukan ke tubuh pria 50 tahun yang secara medis mengalami mati otak. Dalam prosedur yang dilakukan di Rumah Sakit Xijing itu, tim dokter juga memasukkan obat imunosupresan ke tubuh pasien.
Liver asli pasien masih dibiarkan di tempat semula. Organ liver baru dari babi dibiarkan di dalam tubuh pasien selama 10 hari dan terus dipantau sebelum dikeluarkan. Tim mengatakan tidak ada tanda-tanda penolakan dan organ tersebut berfungsi dengan baik.
Setelah keberhasilan eksperimen itu, para peneliti di Rumah Sakit Xijing mengatakan akan mengulangi prosedur yang sama pada pasien lain akhir tahun nanti. Namun, dalam kasus mendatang, mereka berencana untuk mengambil liver asli pasien.
"Penelitian kami baru saja selesai, dan warna serta tekstur liver babi (yang ditransplantasi ke tubuh manusia) secara umum normal," kata salah satu ahli bedah yang memimpin prosedur transplantasi, Dou Kefeng.