Jumat 22 Mar 2024 14:27 WIB

Kemenkes: Kasus Demam Berdarah Naik 2 Kali Lipat

Kemenkes mencatat ada peningkatan kasus Demam Berdarah (DBD) dua kali lipat.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Bilal Ramadhan
Pewarat mengecek saturasi oksigen pasien demam berdarah dengue di RSUD Tamansari, Jakarta Barat. Kemenkes mencatat ada peningkatan kasus Demam Berdarah (DBD) dua kali lipat.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pewarat mengecek saturasi oksigen pasien demam berdarah dengue di RSUD Tamansari, Jakarta Barat. Kemenkes mencatat ada peningkatan kasus Demam Berdarah (DBD) dua kali lipat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, terjadi peningkatkan kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) hingga lebih dua kali lipat pada tahun ini.

Pada tahun lalu, kasus DBD sebesar 15 ribu kasus. Kini meningkat menjadi 35 ribu kasus DBD. Sementara pada kasus kematian juga mengalami peningkatan.

Baca Juga

"Kalau kita bandingkan 2023-2024 terjadi peningkatan kasus DBD ya, yang tadinya sekitar 15 ribu kasus menjadi 35 ribu, angka kematian juga meningkat sama, tapi memang tidak terlalu besar sebesar peningkatan kasus DB," kata Siti Nadia di gedung Bina Graha, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (22/3/2024).

Ia menjelaskan, sejumlah faktor meningkatnya jumlah kasus DBD di antaranya yakni karena perubahan iklim yang juga berpengaruh pada penyakit, salah satunya demam berdarah.

"Salah satunya seperti DB ini karena perubahan ada El Nino, pergeseran dari musim kemarau yang memanjang menjadi musim hujan, makanya deman berdarah kita lihat terjadi peningkatan," jelasnya.

"Karena itu mempengaruhi nyamuknya juga, siklusnya kehidupan nyamuknya itu dari bertelur menjadi nyamuk dewasa juga menjadi lebih cepat. Makanya kalau kita lihat terjadi peningkatan kasus itu faktornya karena beberapa hal," lanjut Siti Nadia.

Selain itu, Siti Nadia juga menyoroti kurangnya gerakan pemberantasan sarang nyamuk dengan melakukan 3M. Ia menjelaskan, setelah pandemi Covid-19 berakhir, kegiatan masyarakat kembali normal. Namun kebiasaan untuk melakukan bersih-bersih rumah dan lingkungan justru tidak kembali ditingkatkan.

Kondisi ini diperparah dengan faktor perubahan cuaca dan iklim yang juga berpengaruh terhadap siklus hidup nyamuk. Siti Nadia memperkirakan kasus DBD akan mencapai puncaknya pada April.

Saat ini, edukasi kepada masyarakat untuk mencegah terjadinya peningkatan kasus DBD mulai dilakukan. Selain itu, pemerintah juga telah menerbitkan Surat Edaran kepada pemimpin daerah yang wilayahnya mengalami peningkatan kasus DBD.

"Dinkes kabupaten/kota dan puskesmas kembali woro-woro masyarakat untuk melakukan PSN 3M," lanjutnya.

Kemenkes juga mengingatkan fasilitas kesehatan untuk meningkatkan kewaspadaannya terhadap peningkatan kasus DBD serta memastikan rumah sakit menyediakan cukup tempat tidur dan alat kesehatan.

Siti Nadia juga mengimbau masyarakat agar tak terlambat memeriksakan ke layanan kesehatan jika mengalami gejala demam berdarah.

"Kita ingatkan jangan terlambat kalau sudah demam 3 hari kalaupun hari pertama demam sudah ke puskesmas, tapi kalau demam 3 hari ga turun-turun datang lagi ke puskesmas atau RS untuk periksa darah apakah DB atau tidak," ujar dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement