Jumat 22 Mar 2024 17:34 WIB

Pakar Ungkap Penyebab Jangkauan Guncangan Gempa Tuban Sangat Luas

Gempa dengan kedalaman hanya 10 km membuat jangkauan luas hingga Pulau Jawa.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petugas BMKG memantau perkembangan gempa (ilustrasi). Gempa bermagnitudo 6,0 terjadi di kedalaman 10 kilometer dan jarak 132 kilometer di timur laut Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Jumat (22/3/2024).
Foto: Antara/Izaac Mulyawan
Petugas BMKG memantau perkembangan gempa (ilustrasi). Gempa bermagnitudo 6,0 terjadi di kedalaman 10 kilometer dan jarak 132 kilometer di timur laut Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Jumat (22/3/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gempa bermagnitudo 6,0 terjadi di kedalaman 10 kilometer dan jarak 132 kilometer di timur laut Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Jumat (22/3/2024). Gempa tersebut turut dirasakan hingga Surabaya, Malang, Semarang, dan beberapa daerah lain di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Peneliti Senior dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) ITS, Amien Widodo, mengatakan guncangan yang terjadi pada daerah laut itu dipicu sesar aktif di Laut Jawa. Gempa dengan kedalaman hanya 10 kilometer, kata dia, membuat jangkauan daerah guncangan semakin meluas hingga daratan Pulau Jawa.

Baca Juga

Amien mengatakan, gempa dengan kedalaman dangkal yang disebabkan oleh sesar aktif seperti yang terjadi di Tuban ialah peristiwa yang jarang terjadi. Adanya pergeseran dan tekanan dari dua permukaan pada Laut Jawa ini menimbulkan getaran dengan skala Modified Mercally Intensity (MMI) III-IV.

"Intensitas tersebut dapat mengakibatkan guncangan dan retakan pada daerah permukaan. Semakin kuat skala intensitasnya, dampak yang dirasakan akan semakin berbahaya," kata Amien.

Amien pun menjelaskan, pergeseran permukaan pada gempa Tuban terjadi secara horizontal, sehingga tidak berpotensi tsunami. Namun, gempa ini akan menghasilkan beberapa gempa susulan dengan skala magnitudo yang lebih rendah dari gempa pertama.

"Untuk mitigasinya, gempa tersebut perlu dimonitoring guna mengetahui apakah ada tekanan yang masih aktif atau tidak," ujar dosen Departemen Teknik Geofisika ITS tersebut.

Pakar geologi ITS itu pun mengungkapkan, pada 2017 Pusat Studi Gempa Nasional (PuSGeN) telah merilis sebanyak 295 sesar aktif di Indonesia yang berpotensi gempa. Maka dari itu, sudah seharusnya pemerintah daerah yang berdekatan dengan sesar aktif itu harus melakukan pemeriksaan seperti pengecekan kondisi bangunan, permukaan, dan sejenisnya.

Amien pun mengharapkan masyarakat dapat lebih waspada dengan fenomena gempa yang terjadi karena sesar aktif ini. "Masyarakat perlu menyiapkan diri apabila terjadi gempa-gempa ke depannya," ucapnya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement