Jumat 22 Mar 2024 17:52 WIB

Film Horor Religi Menjamur, Pengamat: Hanya Tren

Tren penonton saat ini memang cenderung menuju genre horor.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Friska Yolandha
Menonton film horor (ilustrasi).
Foto: Freepik
Menonton film horor (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembuat film Gina S Noer menyampaikan kritik terhadap film horor Indonesia yang sering memanfaatkan unsur agama, khususnya Islam, sebagai alat untuk menciptakan suasana menakutkan. Melaui Instagram Stories-nya, Gina menyoroti bahwa banyak film horor menggunakan ritual keagamaan hanya sebagai alat pemicu jumpscare tanpa mendalami karakter atau eksplorasi kritik terhadap keislaman yang dangkal.

Gina merasa gelisah dengan dampaknya terhadap masyarakat, terutama yang memiliki tingkat literasi agama yang rendah. Dia menekankan bahwa tanggung jawab seorang pembuat film bukan hanya soal investasi, tetapi juga dampaknya terhadap budaya masyarakat.

Baca Juga

Gina berharap kritiknya membangun dan mengajak untuk lebih memperhatikan sensitivitas dalam mengangkat tema agama dalam film, serta menyesuaikan dengan pemahaman dan pengajaran agama yang baik. Pengamat film dan juri awal di Festival Film Wartawan Indonesia, Nuty Laraswaty memberikan pandangan terhadap tren film horor yang sedang diminati oleh penonton saat ini.

Menurut Nuty, tren penonton saat ini memang cenderung menuju genre horor. Dia mengakui bahwa produser film pun tidak jarang mengikuti tren ini, karena merupakan hal yang manusiawi.

"Ini cuma masalah tren. Wajar lalu mencari beragam cerita dan kebetulan saat satu tema dikeluarkan, lalu nampaknya 'berhasil', jadi terlihat ada peluang. Jadi mengapa tidak diulik," kata Nuty kepada Republika.co.id, Jumat (22/3/2024).

Ketika ditanya apakah popularitas film-film horor dengan tema siksa neraka dan siksa kubur menunjukkan ketertarikan masyarakat terhadap hal-hal yang bersifat supernatural atau kehidupan setelah kematian, Nuty tidak begitu setuju. Baginya, ini hanya tren yang akan mencapai titik jenuhnya suatu saat nanti.

"Akan tiba masanya sampai di titik jenuhnya," ujar dia.

Nuty juga menyoroti tren tertentu dalam film horor belakangan ini yang membuatnya sangat diminati oleh penonton. Menurut Nuty, tren tersebut tercipta saat satu tema ditampilkan dan berhasil menarik perhatian.

"Maka tentunya yang lain melihat ini sebagai peluang. Ada yang memang sudah punya ide ceritanya sejak lama dan memikirkan ini adalah waktu yang tepat. Ada juga yang ikut tren itu sendiri dan segera membuatnya," kata Nuty. Beriku sejumlah film horor religi yang mendapat sambutan positif masyarakat, Qodrat, Qarin, Sijjin, Makmum, dan Roh Fasik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement