Sabtu 23 Mar 2024 16:33 WIB

Pengamat Analisis Penyebab PPP Makin Tenggelam, Konflik Internal Salah Satunya

Pengamat menganalisis konflik internal jadi salah satu penyebab PPP makin tenggelam.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Bilal Ramadhan
Pelaksana tugas (Plt) Ketua Umum PPP, Muhammad Mardiono. Pengamat menganalisis konflik internal jadi salah satu penyebab PPP makin tenggelam.
Foto: DPP PPP
Pelaksana tugas (Plt) Ketua Umum PPP, Muhammad Mardiono. Pengamat menganalisis konflik internal jadi salah satu penyebab PPP makin tenggelam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin, mengatakan kegagalan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mendapatkan kursi di DPR RI untuk pertama kalinya disebabkan beberapa faktor. Dan yang paling krusial menurut Ujang adalah partai berlambang Ka'bah tersebut sering diterpa konflik internal menjelang Pemilu sehingga mereka ditinggalkan oleh Pemilihnya.

Diketahui PPP hanya mendapatkan 5.878.777 suara atau 3,87 persen. Angka ini di bawah ambang batas syarat lolos ke parlemen tingkat DPR RI yaitu 4 persen.

Baca Juga

"PPP itu sering konflik internal. Di saat mereka harusnya fokus bersiap menghadapi Pemilu, Ketua Umum Suharso Monoarfa diberhentikan di tengah jalan dan digantikan Mardiono. Ini kan membuat situasi partai tidak kondusif," kata Ujang, Sabtu (23/3/2024).

Sebelum itu, PPP kata Ujang pernah mengalami dualisme kepemimpinan pada 2014 lalu. Di mana saat itu ada dua ketua umum yang saling mengeklaim, yakni Romahurmuzy dan Djan Fariz.

Kerap berkonflik sesama kader kata dia membuat simpati masyarakat terhadap PPP kian turun. Apalagi PPP kian lari dari ciri khas partai Islami di mana Ketua Umum mereka seperti Surya Dharma Ali dan Romahurmuzy menjadi terpidana kasus korupsi.  

Selain konflik internal dan kasus korupsi, Ujang melihat suara PPP banyak yang hilang karena pilihan grass rootnya menginginkan pasangan Prabowo-Gibran. Sedangkan elit PPP memilih berada di barisan pendukung Ganjar Pranowo-Mahfud MD. 

"Basis masa PPP itu di bawah dukung capres lain, tapi PPP ingin Ganjar-Mahfud, enggak sinkron sehingga suaranya kecil," ucap Ujang. 

Lalu lanjut Ujang, partai peserta Pemilu 2024 yang cukup banyak yakni 18 juga menyebabkan suara PPP tergerus. Apalagi dari partai baru yang ikut Pemilu 2024, membuat partai bercorak Islam kian banyak.

Seperti Partai Ummat, Partai Gelora, kian berebut pemilih dengan Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). 

"Sekarang banyak partai, ada 18 partai. Partai  parlemen juga habis-habisan. Semua berjuang dapatkan dukungan publik. Sehingga PPP suaranya bisa kurang karena diambil partai lain itu," kata Ujang menambahkan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement