REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG---Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) kembali menggelar Forum Guntur (Gerakan untuk Rakyat) dengan mengangkat tema tentang "Prospek Industrialisasi Menuju Era Indonesia EMAS 2045." Forum Guntur ini, merupakan sebuah wadah diskusi intelektual PB HMI periode 2024-2026 yang fokus membahas beragam topik hangat berkaitan dengan permasalahan dan kebijakan publik.
Ketua Tim Kerja Program, Evaluasi dan Pelaporan Direktorat Industri Logam Eko Yulianto Widodo menyoroti perihal pentingnya kebijakan hilirisasi industri di Indonesia. Hal itu dimulai, dari memperkuat rantai pasok material Industri manufaktur dalam negeri hingga bagaimana menciptakan iklim usaha yang kondusif. Agar, bisnis bisa berjalan baik.
"Berikutnya, perlu mendorong riset dan penciptaan inovasi teknologi baru untuk penguasaan dan penciptaan teknologi yang lebih efisien, sinergi, koordinasi dan kolaborasi antara pemerintah dan dunia usaha dan pengembangan jasa industri untuk mendukung kebijakan industrialisasi berbasis hilirisasi industri," ujar Eko keterangan resminya, Sabtu (23/3/2024)
Hal berikutnya, menurut Eko, penting untuk dicermati ialah bagaimana memperbanyak infrastruktur dan kapasitas energi yang menggunakan energi baru terbarukan.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia Bidang Perindustrian Bobby Gafur Umar, memandang ada sejumlah sektor industri tanah air yang memiliki kontribusi besar terhadap PDB (Produk Domestik Bruto). Sektor-sektor tersebut, meliputi Sektor Manufaktur Strategis dengan kontribusi 19 persen terhadap PDB, disusul Jasa Keuangan dengan kontribusi 4 persen terhadap PDB dan sektor Pariwisata, sektor Ekonomi Kreatif yang menyumbang 10 persen dari GDP dan UMKM dengan kontribusi 60 persen terhadap PDB atau yang terbesar,.
Bobby juga menyinggung soal tantangan besar adopsi industri 4.0 di Indonesia. Kurangnya talenta digital, integrasi IT yang tidak memadai serta business case yang kurang jelas menjadi masalah utamanya. "Harapan kita tentu ada pada kader HMI sebagai organisasi besar dengan sebaran SDM yang luar biasa mampu menjawab tantangan ini ke depan," katanya.
Akademisi Universitas Paramadina Tatok D Sudiarto menilai, sejumlah isu strategis yang patut didiskusikan lebih dalam mengenai prospek industrialisasi Indonesia ialah tentang strategy battle between state and corporation (R&D) dan natural resources based vs human innovative based.
"Tentang sumber daya berbasis alam dan berbasis inovasi manusia, misalnya. Keduanya merupakan isu startegis yang harus dibijaksanai dengan tepat. Menimbang, tantangan ke depan yang cukup nyata mengenai hal ini," katanya.
Di samping itu, kata dia, komitmen dan konsistensi kemauan politik para penguasa untuk mendorong industrialisasi tanah air juga menjadi penting. Termasuk, juga program pembanunan manusianya, investasi di bidang teknologi hingga mendorong UKM ke level internasional.
Sedangkan menurut Sekretaris Jenderal PB HMI periode 2024-2026 M Jusrianto, untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, maka perlu komitmen pemerintah untuk mengimplementasi kebijakan indutri berkelanjutan ramah lingkungan.
"Selain itu, juga harus diperkuat dengan kebijakan hilirisasi sumber daya alam di tiga sektor, yakni industri berbasis agro, industri berbasis bahan tambang dan mineral, serta industri berbasis migas dan batubara," katanya.
Selain itu, kata dia, yang tak kalah penting adalah kebijakan pengembangan ekonomi hijau (green economy) melalui dekarbonisasi sektor industri, dan pembangunan industri hijau untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan. "Akhirnya, diperlukan kerja sama multi pihak dan koordinasi lintas sektor yang solid terutama pemuda untuk menjadi inisiator dan kreator dalam mewujudkan pembangunan ekonomi ke depan yang mematuhi standar lingkungan hidup menuju ekonomi hijau yang maju, adil dan makmur," paparnya.