Sabtu 23 Mar 2024 21:51 WIB

Minimalisir Dampak Negatif Digital, Ratusan Siswa SMK Telkom Bandung Ikuti Pelatihan

Saat ini, kasus kejahatan digital atau kerugian dampak negatif komunikasi tinggi

Pelatihan Literasi Digital untuk Generasi Z di Kampus SMK Telkom Bandung,
Foto: Dok Republika
Pelatihan Literasi Digital untuk Generasi Z di Kampus SMK Telkom Bandung,

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG---Agar terhindar dampak negatif apalagi merugikan saat menjalani komunikasi dunia maya, kuncinya adalah menjaga dan menjalankan etika digital. Hal tersebut terungkap pada pelatihan Literasi Digital untuk Generasi Z di Kampus SMK Telkom Bandung, Kabupaten Bandung, akhir pekan lalu. 

Pelatihan digelar hasil kerja sama PT TELKOM unit CDC dengan Yayasan Pendidikan Telkom (YPT), yang diikuti 450 siswa kelas X dan XI SMK Telkom Bandung.

Baca Juga

Menurut Salah Satu Narasumber Pelatihan yang merupakan Dosen Universitas Telkom, Periyadi, banyak sekali kerugian yang akan didapat seandainya pelaku komunikasi digital atau dunia maya tidak mengindahkan etika digital.  

"Secara nyata jika tidak mengindahkan Network Etiquette (Netiket) akan merugikan penggunanya dengan mendatangkan sanksi sosial dan sanksi hukum," katanya.

Menurutnya, ada empat pilar yang harus dipelajari sebelum kita berkomunikasi digital. Yaitu, digital skill, digital safety, digital culture, dan digital ethics. Hingga saat ini, kasus kejahatan digital atau kerugian dampak negatif komunikasi digital di Indonesia masih sangat tinggi. Semua itu dilatarbelakangi rendahnya literasi digital di Indonesia yang tercatat hanya 62 persen atau terendah dari negara ASEAN yang rata-rata sudah 70 persen.

Oleh karena itu, kata dia, netizen wajib mengetahui dan memahami apa itu netiket atau lebih dikenal etika digital. Netiket adalah norma, nilai, dan prinsip yang mengatur perilaku dan interaksi kita dalam dunia digital. Ini melibatkan cara kita menggunakan  teknologi, berkomunikasi online, dan berinteraksi dengan orang lain dalam lingkungan digital. 

Menurutnya, jika netiket tidak dipahami, maka bisa mencuatka ujaran kebencian, pencemaran nama baik, atau provokasi yang mengarah segregasi sosial (perpecahan/polarisasi) di ruang digital. "Ada tips solusi mengatasinya. Ini dimulai dari edukasi netiket, kode etik, menjaga keamanan dan privasi, melaporkan pelanggaran netiket ke pihak berwenang, tanggungjawab individu, membangun hubungan baik dengan orang lain di dunia digital, serta pengawasan orang tua dan pembimbing," paparnya. 

Selain itu, kata dia, tak kalah penting adalah kesadaran setiap individu dalam berkomunikasi digital. Di antaranya, tidak menyebar berita palsu, menghormati privasi, tidak menggunakan bahasa kasar atau menghina orang lain, tidak membajak konten atau hak cipta orang lain, tidak menggunakan identitas palsu atau mengambil identitas orang lain, dan banyak hal lainnya yang berkaitan dengan etika.

"Dengan menjaga etika dalam komunikasi digital maka kita tengah membangun komunikasi sehat di dunia maya," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement