REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Chief Of Wash UNICEF Indonesia Kannan Nadar menyampaikan, untuk mewujudkan target rencana SDG 6 yang dicanangkan pemerintah Indonesia, diperlukan dana 45 miliar dolar AS hingga 2030.
Dia menyebut, kesenjangan pembiayaan berdasarkan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) saat ini adalah sekitar Rp 113 triliun untuk air dan sanitasi. Kannan menilai, pendekatan "bisnis seperti biasa" tidak akan membantu menyelesaikan kesenjangan finansial yang besar ini.
"Pembiayaan alternatif, termasuk kredit mikro, pembiayaan perbankan, dan mobilisasi dana sosial Islam, serta menarik pemain non-tradisional adalah kuncinya," kata Kannan dilansir ANTARA, Sabtu (23/3/2024).
Ia melanjurkan, Indonesia sudah mempunyai beberapa contoh bagus dalam hal ini. Lebih dari 840 ribu pinjaman dengan total Rp 1,9 triliun telah memberikan manfaat kepada 4,3 juta orang (91 persen perempuan) dengan peningkatan akses WASH.
Direktur Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Anas Ma’ruf menyebut, data dari Bappenas, yang menyebutkan bahwa kebutuhan pendanaan untuk mencapai akses 100 persen akses air minum adalah Rp 1.651 triliun.
Menurutnya, pemerintah memprediksi sampai dengan 2030, akses air minum aman baru tercapai sebesar 45 persen, yang berarti membutuhkan dana sebanyak Rp 367 triliun. "Kebutuhan sebesar itu, tidak mungkin akan ditangani sendiri oleh pemerintah melalui APBN," kata Anas.
Dengan begitu, perlu kolaborasi dengan semua pihak melalui skema pembiayaan alternatif yang selama ini sudah mulai tumbuh, baik oleh lembaga keuangan dan nonkeuangan.