Oleh : Arizona Firdonsyah, S.Kom., M.Kom., CSA., CISO. (Dosen Program Studi Teknologi Informasi UNISA Yogyakarta)
REPUBLIKA.CO.ID, Pada era digital saat ini, jejak digital atau digital footprint telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Jejak digital bagaikan bayangan yang mengikuti setiap langkah manusia, dalam setiap aktivitasnya. Setiap interaksi yang dilakukan secara daring (online), mulai dari komentar di media sosial, ulasan produk, perpesanan instan, hingga riwayat pencarian, tentu meninggalkan jejak permanen yang dapat diakses oleh siapa saja, yang populer dengan sebutan 'jejak digital'.
Jejak digital tak hanya merekam aktivitas, tapi juga mencerminkan karakter dan nilai-nilai seseorang, termasuk kejujuran. Di sisi lain, kejujuran merupakan salah satu nilai fundamental dalam Islam yang ditekankan dalam banyak ayat Alquran dan juga hadis.
Islam, sebagai agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral, memberikan panduan bagi umat Muslim dalam berinteraksi di dunia digital. Kejujuran, yang merupakan salah satu pilar utama Islam, menjadi landasan penting dalam membangun jejak digital yang positif dan bertanggung jawab. Hal ini berarti, seseorang harus jujur dalam segala bentuk komunikasi, baik verbal maupun non-verbal, termasuk dalam interaksi secara daring. Maka dari itu, menjaga jejak digital dengan nilai kejujuran tentunya menjadi suatu kewajiban dalam Islam.
Namun, dalam realitasnya, fenomena kebohongan dan ketidakjujuran juga terjadi dalam dunia digital. Banyak orang yang menggunakan media sosial dan platform daring lainnya untuk menyebarkan informasi palsu (hoaks), ujaran kebencian (hate speech), perundungan daring (cyberbully), atau melakukan penipuan (online scam), seperti pencurian identitas, pemalsuan identitas, penipuan berkedok jual beli barang, dan sebagainya. Hal ini tentu bertentangan dengan ajaran Islam tentang kejujuran.
Pentingnya menjaga jejak digital dengan jujur juga terkait dengan aspek keamanan dan privasi. Dalam Islam, menjaga privasi adalah hal yang penting, dan hal ini juga berlaku dalam dunia digital. Dengan menjaga jejak digital dengan jujur, seseorang dapat melindungi dirinya dari potensi penyalahgunaan data pribadi.
Selain itu, menjaga jejak digital dengan jujur juga berarti tidak menyebarkan informasi yang tidak benar atau merugikan orang lain. Islam menekankan pentingnya berbicara yang baik dan tidak merugikan orang lain. Oleh karena itu, dalam menggunakan media sosial atau platform daring, apa pun itu, seseorang harus berhati-hati dalam menyebarkan informasi dan memastikan kebenaran informasi tersebut.
Dalam konteks pendidikan, penting bagi para pelajar dan pemuda Islam untuk memahami pentingnya kejujuran dalam jejak digital mereka. Mereka harus menyadari bahwa tindakan online mereka juga mencerminkan nilai-nilai Islam yang mereka anut. Dengan demikian, mereka dapat menjadi contoh yang baik dalam menjaga jejak digital dengan jujur.
Secara keseluruhan, menjaga jejak digital dengan jujur merupakan bagian penting dari praktik keagamaan dalam Islam. Hal ini tidak hanya mencakup aspek kejujuran dalam komunikasi secara daring, tetapi juga dalam menjaga privasi dan menyebarkan informasi yang benar. Dengan memahami dan mengamalkan nilai-nilai kejujuran dalam jejak digital, umat Islam dapat menjalani kehidupan daring yang sesuai dengan ajaran agama mereka.