Ahad 24 Mar 2024 14:56 WIB

Pertamina Foundation Berdayakan Masyarakat Jalankan Program Carbon Project

Petarmina tak hanya merehabilitasi, reforestasi hutan tapi memberdayakan masyarakat

Pemberdayaan masyarakat dan pelestarian keanekaragaman hayati oleh Pertamina
Foto: Dok Republika
Pemberdayaan masyarakat dan pelestarian keanekaragaman hayati oleh Pertamina

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG----Pertamina Foundation sebagai perpanjangan tangan CSR PT Pertamina (Persero) memiliki program TJSL Pertamina yang berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan. Salah satunya, adalah program Carbon Project yang merupakan program nature-based solution atau solusi berbasis alam melalui pendekatan CCB. Yakni climate act, community development, dan biodiversity protection.

Menurut Presiden Direktur Pertamina Foundation Agus Mashud Asngari, Climate Act merupakan upaya pengelolaan perubahan iklim melalui konservasi dan restorasi ekosistem pesisir, laut, dan hutan yang menjadi fokus utama. 

Baca Juga

"Selain itu, dilakukan community development, yakni upaya melibatkan dan memberdayakan masyarakat lokal untuk menciptakan kemandirian ekonomi yang mampu mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat," ujar Agus dalam keterangan resminya, Ahad (24/3/2024).

Agus menjelaskan, Biodiversity Protection sebagai upaya melindungi biodiversitas yang di dalamnya terdapat flora dan fauna endemik supaya tidak mengalami kepunahan akibat tantangan alam maupun tindakan manusia. Dengan pendekatan ini, Pertamina Foundation bersama stakeholders, tidak hanya melakukan rehabilitasi atau reforestasi hutan melainkan juga pemberdayaan masyarakat dan pelestarian keanekaragaman hayati.

Lokasi Carbon Project pertama, kata dia, berada di Hutan Pertamina-UGM yang berlokasi di Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Getas-Ngandong, berada di daerah perbatasan Blora-Ngawi. Tahun 2023, dilakukan penanaman dan penyulaman dengan total 1.261.000 pohon dengan konsep agroforestry. Pada kawasan ini, masyarakat sekitar kawasan dilibatkan dalam pengembangan pupuk organik, pakan ternak dari limbah hutan, obat-obatan,  wanaternak hingga bisnis batik motif.

Berpindah ke Borneo, kata dia, terdapat Hutan Pertamina Mahakam dan Hutan Pertamina Badak LNG. Hutan Pertamina Mahakam yang berlokasi di Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan (PPKH) pada Kawasan Hutan Produksi Tetap di Delta Mahakam, tertanam 1.292.000 pohon mangrove. Saat ini, Hutan Pertamina Mahakam dalam proses validasi untuk mendapatkan Sertifikat Pengurang Emisi dari sektor FOLU (Forest and Other Land Use). Selanjutnya, Hutan Pertamina Badak-LNG tertanam 882.000 pohon mangrove.

Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan juga dilakukan di Hutan Pertamina-Mahakam, lewat program smart silvofishery untuk meningkatkan hasil budidaya para nelayan. Sementara di Hutan Pertamina Badak LNG, diberikan pelatihan membatik dengan pewarna alami dari mangrove dan penyuluhan pengelolaan sampah pesisir juga dilakukan. "Kegiatan ini bertujuan agar masyarakat memiliki usaha yang berwawasan hijau dan ramah lingkungan," katanya.

Berpindah ke Indonesia Timur, kata dia, terdapat proyek Knato Lau Lewa di Lembata, Nusa Tenggara Timur dan Kwatisore Project yang berlokasi di Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC), Nabire, Papua Tengah. Pada proyek Knato Lau Lewa, masyarakat diberikan pelatihan pembuatan bioriftek terumbu karang buatan dan pemanfaatan kain perca dari tenun. Selain itu, dibangun Ruang Kolaborasi dan kurikulum untuk anak-anak sebagai media pembelajaran adat istiadat hingga mengenal energi baru terbarukan. 

Sama halnya yang dilakukan di Kwatisore Project, kata dia, selain dikenalkan mengenai pentingnya transisi energi dan sadar lingkungan, putra-putri kampung Akudiomi dan Sima diberikan pelatihan sertifikasi SSI Open Water Driver. Upaya melestarikan hiu paus, Pertamina Foundation bersama Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih (BBTNTC) mengaktifkan Whale Shark Center (WSC) yang merupakan tempat riset, edukasi, dan pemantauan populasi hiu paus.

Berkat program-program ikonik ini, Pertamina Foundation dianugerahi empat penghargaan dengan kategori Bintang Lima dalam ajang Indonesia CSR Excellence Award (ICEA). Empat penghargaan tersebut, antara lain The Best Company in Comprehensive CSR Program, The Best Company in Sustainability, Resiliency CSR Global Program dan The Best Integrated CSR, dan The Best CEO Focus & Commitment on Sustainability CSR Program untuk Presiden Direktur Pertamina Foundation Agus Mashud Asngari. 

“Carbon Project menjadi program yang mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDG’s) yang menekankan aspek pemberdayaan dan keberlanjutan yang dapat membentuk kemandirian masyarakat. Kinerja lebih baik akan kami dorong agar ke depannya mampu memberikan kebermanfaatan lebih luas lagi, mewujudkan kemandirian energi dan ekonomi yang berkelanjutan," papar Agus.  

Lewat penghargaan ICEA, Pertamina Foundation menjadi salah satu dari puluhan korporasi yang berhasil melewati tahap penilaian berlandaskan ISO 26000 dan selaras dengan Good Corporate Governance (GCG), Sustainable Development Goals (SDG’s), dan Creating Shared Value (CSV). Aspek-aspek yang diperhatikan dalam seperti keberlanjutan, dampak sosial, kepedulian lingkungan, partisipasi masyarakat, inovasi dalam program-program CSR, dan kontribusi nyata bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement