REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNGPINANG -- BMKG Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menyatakan fenomena equinox menjadi salah satu pemicu cuaca panas di Pulau Bintan (Tanjungpinang-Bintan) dalam beberapa hari terakhir.
Prakirawan BMKG Tanjungpinang Rizqi Nur Fitriani mengatakan equinox adalah salah satu fenomena astronomi. Dalam fenomena ini, matahari melintasi garis khatulistiwa dan secara periodik berlangsung dua kali dalam setahun, yaitu pada Maret dan September.
"Untuk saat ini, suhu udara maksimum yang tercatat di Pulau Bintan mencapai 33,6 derajat Celsius," katanya, Ahad (24/3/2024).
Selain itu, cuaca panas di Pulau Bintan juga dipicu posisi gerak semu matahari yang saat ini berada tepat di ekuator. Penyinaran matahari ikut mempengaruhi tingginya suhu udara terutama di wilayah-wilayah sekitar ekuator, termasuk di Provinsi Kepri pada umumnya.
Berdasarkan kondisi normal, curah hujan pada Maret 2024 di wilayah Pulau Bintan memang termasuk dalam kategori rendah. Menurut prakiraan BMKG, curah hujan dasarian (10 harian) akan terjadi hingga akhir Maret. Curah hujan juga berada dalam kategori rendah, yaitu berkisar 20 sampai 50 milimeter.
"Kuatnya tiupan angin pada lapisan atas atmosfer juga menyebabkan terhambatnya pembentukan proses pembentukan awan-awan konvektif yang menghasilkan hujan dalam beberapa hari ini," ungkapnya.
Namun demikian, saat ini intensitas tiupan angin pada lapisan atas atmosfer yang mulai menurun dengan dukungan dari tingkat kelembapan udara atmosfer yang cenderung kering hingga basah, dapat berpotensi meningkatkan peluang pertumbuhan awan hujan kembali secara tidak merata (lokal).
"Secara umum, cuaca diprakirakan cerah berawan hingga berawan dan berpotensi terjadi hujan ringan secara tidak merata (lokal) yang terjadi hingga tiga hari ke depan di wilayah Pulau Bintan," katanya.
BMKG turut mengimbau masyarakat tidak membakar sampah atau membuang puntung rokok sembarang karena khawatir memicu kebakaran lebih besar imbas cuaca panas saat ini.