Senin 25 Mar 2024 14:02 WIB

IPOT Imbau Investor Perhatikan Data PDB AS Pekan Ini

Data ini akan ikut menentukan kebijakan suku bunga Amerika Serikat.

Red: Fuji Pratiwi
Kantor The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat
Foto: Wikimedia Commons
Kantor The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Community Lead Indo Premier Sekuritas (IPOT) Angga Septianus mengimbau para pelaku pasar untuk memperhatikan sentimen dari US GDP Growth Rate atau data pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) kuartal IV 2023 dan sepanjang 2023 yang akan rilis pada Kamis (28/3/2024) ini.

"Kalau angka (US GDP) di bawah ekspektasi bagus. Artinya, penurunan suku bunga bisa jadi lebih cepat untuk menopang ekonomi," ujar Angga di Jakarta, Senin (24/3/2024).

Baca Juga

Lanjutnya, sentimen berikutnya pada pekan ini yaitu Core Personal Consumption Expenditure (PCE) Price Index dari AS, yang mana data utama ini dipakai bank sentral AS The Fed untuk mengukur inflasi.

"Kalau naik dibandingkan periode sebelumnya (PCE Price Index) maka bisa dikatakan gawat," ujar Angga.

Kemudian, sentimen lain yang perlu diperhatikan pada pekan ini, yaitu personal income dan personal spending yang akan menggambarkan kondisi perekonomian AS. "Jika income naik dan spending naik ini sama saja belum downturn. Namun jika income turun dan spending turun, ini artınya sebentar lagi downturn dan suku bunga turun," ujar Angga.

Pada pekan sebelumnya, Angga menjelaskan, sejumlah sentimen yang mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Yaitu suku bunga acuan AS yang bertahan di level 5,25–5,50 persen dan suku bunga Bank Indonesia (BI) yang bertahan di level 6,00 persen.

Selain itu, juga ada sentimen dari bank sentral Jepang atau Bank of Japan (BoJ) yang menaikkan suku bunga dari minus 0,1 ke level 0–0,1 persen karena inflasi. "Sayangnya market tidak ada respons, Yen turun. Harusnya kalau suku bunga naik maka demand currency naik dan ada capital inflow serta bond market kuat. Nyatanya di Jepang risk free rate (0,1 persen) belum di atas inflasi," kata Angga.

Kemudian, sentimen lainnya pada pekan lalu yaitu terkait harga minyak yang kembali meningkat setelah beberapa serangan drone Ukraina terhadap fasilitas energi Rusia. "Ekspor Irak dan Saudi Arabia menurun serta ekonomi China mulai membaik dan ada tanda-tanda perbaikan demand," ujar Angga.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement