REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH - Komisi Urusan Tahanan dan Masyarakat Tahanan Palestina dalam pernyataan bersama pada Ahad (24/3/2024) mengungkap sekitar 24 anak-anak Palestina dari Jalur Gaza ditahan oleh Israel di Penjara Megiddo.
“Sekitar 94 anak ditahan di penjara di Israel utara, termasuk 24 dari Gaza,” kata pernyataan bersama tersebut.
Menurut pernyataan itu, pihak berwenang Israel menahan sekitar 200 anak Palestina, termasuk lebih dari 40 anak yang ditahan tanpa kasus hukum atau tanpa diadili berdasarkan kebijakan penahanan administratif Israel yang terkenal kejam.
“Otoritas penjara (Israel) terus menerapkan tindakan hukuman terhadap tahanan anak-anak dengan perlakuan serupa dengan yang dilakukan terhadap tahanan dewasa sejak 7 Oktober,” kata pernyataan itu.
Pernyataan dari pihak komisi Palestina itu juga menyebutkan bahwa anak-anak yang ditahan di penjara-penjara Israel dilarang mendapatkan kunjungan keluarga.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan konsensus mendesak Israel untuk menggelar gencatan senjata di Gaza dan tidak menyerang Rafah semakin menguat. Hal ini ia sampaikan dalam konferensi pers saat berkunjung ke Yordania.
"Kami melihat semakin kuatnya konsensus di masyarakat internasional untuk memberitahu Israel gencatan senjata diperlukan," kata Guterres seperti dikutip dari Middle East Monitor, Ahad (24/3/2024).
"Dan saya juga melihat semakin tumbuh konsensus, saya mendengar di AS (Amerika Serikat), saya mendengar dari Uni Eropa, belum lagi tentu saja dunia Muslim, untuk memberi tahu dengan jelas kepada Israel invasi darat apapun ke Rafah dapat menimbulkan bencana kemanusiaan,” tambahnya.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan Tel Aviv akan melancarkan serangan darat ke kota paling selatan Gaza, Rafah. Di mana lebih dari 1,1 juta pengungsi dari daerah lain di Jalur Gaza kini tinggal.
Sebelumnya Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer mengatakan pasukan Israel akan menginvasi Rafah dan mengalahkan Hamas bahkan bila seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat, menentang Israel.
Israel telah melancarkan serangan militer mematikan di Jalur Gaza sejak kelompok perlawanan Palestina, Hamas, melakukan serangan lintas batas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 warga Israel.
Lebih dari 32.200 warga Palestina telah terbunuh dan lebih dari 74.500 orang terluka akibat kehancuran massal dan kekurangan kebutuhan pokok.
Baca juga: Dulu Berpikir Islam Sarang Teroris Juga Biang Poligami, Armina Kini Bersyahadat dan Mualaf
Serangan Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza terpaksa mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.
Israel digugat di Mahkamah Internasional (ICJ) atas tindakan genosida terhadap warga Palestina di Gaza.
Putusan sementara ICJ pada Januari memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.