Senin 25 Mar 2024 22:31 WIB

MUI Nilai Film Kiblat tak Pantas Beredar, Ini Alasannya

MUI meminta agar film Kiblat tidak ditayangkan

Rep: Mabruroh/ Red: Arie Lukihardianti
Poster film Kiblat yang telah ditarik oleh Leo Pictures. Poster dan trailer film arahan sutradara Bobby Prasetyo ini dikecam masyarakat, ulama, dan sineas.
Foto: Dok Leo Pictures
Poster film Kiblat yang telah ditarik oleh Leo Pictures. Poster dan trailer film arahan sutradara Bobby Prasetyo ini dikecam masyarakat, ulama, dan sineas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Film layar lebar berjudul 'Kiblat' menuai kritik pedas karena membawa simbol-simbol Islam dalam film horor tersebut. Film yang diproduksi Leo Picture ini, menampilkan poster wanita tengah sholat dengan wajah terbalik, nyatanya telah mengundang kontroversi dan tanda tanya besar.

Salah satunya oleh Ketua MUI Bidang Dakwah KH Cholil Nafis yang turut buka suara. Menurutnya, visual yang ditampilkan dałam poster film tersebut telah melampui batas dan bisa dianggap sebagai penghinaan. 

Baca Juga

Kiai Cholil sendiri mengaku sampai harus mencari-cari arti kata “kiblat” kembali, khawatir memiliki makna yang berbeda dengan yang dimaksud kiblat oleh umat Islam.

“Saya tidak tahu isi filmnya maka belum bisa komentar. Tapi gambarnya serem ko judulnya kiblat ya. Saya buka-buka arti kiblat hanya ka’bah, arah menghadapnya orang-orang shalat,” ujar Kiai Cholil dalam unggahan di media sosialnya yang dikirim ke Republika, Senin (25/3/2024).

Menurut Kiai Cholil, film kiblat tidak pantas untuk dijadikan konsumsi hiburan karena bisa menjadi kesalahpahaman di masyarakat. Ia dengan tegas meminta agar film Kiblat tidak ditayangkan, karena bisa saja menjadi kampanye hitam terhadap ajaran agama Islam.

“Kalau ini benar sungguh film ini tidak pantas diedar dan termasuk kampanye hitam terhadap ajaran agama, maka film ini harus diturunkan dan tidak boleh tayang,” katanya.

Kiai Cholil menyayangkan, bagaimana dunia perfilman seringkali menggunakan promosi sensitif dan kontroversi agar menarik perhatian  dan banyak penonton. Padahal kalau sampai mneyinggung agama, harusnya tidak boleh ditonton.

“Sering kali reaksi keagamaan dimainkan oleh pebisnis untuk meraup untung materi. Yang gini tidak boleh dibiarkan harus dilawan,” katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement