Oleh : Filosa Gita Sukmono (Dosen Ilmu Komunikasi UMY)
REPUBLIKA.CO.ID, Ruang-ruang privat setiap keluarga memasuki bulan ramadan mulai dipenuhi dengan tontotan yang beraneka ragam seperti tayangan podcast, talk show, dan sinetron mini seri dengan nuansa Islam. Tayangan bernuansa Islam tidak hanya melintasi layar kaca kita lewat channel televisi tetapi juga channel-channel Youtube dengan jumlah viewer yang cukup banyak.
Islam yang kita pahami melalui Alquran dan Sunnah Nabi kemudian coba direpresentasikan dalam berbagai tayangan bernuansa islami tersebut. Kemudian pertanyaan yang muncul apakah kita bisa mengambil pelajaran maupun hikmah dari tayangan tersebut atau justru masuk dan terjebak dalam berbagai 'drama hiburan' yang penuh ingar bingar yang pada akhirnya justru melupakan esensi dari agama itu sendiri?
Ketika kita melihat agama dari kaca mata sosiolog seperti Emile Durkheim yang mengatakan bahwa agama sebagai suatu sistem kepercayaan yang disatukan oleh praktik yang bertalian dengan hal-hal yang suci, yakni hal-hal yang dibolehkan dan dilarang, kepercayaan dan praktik-praktik yang mempersatukan suatu komunitas moral, mereka terpaut satu sama lain. Kata kunci dari penjelasan tersebut adalah agama di masyarakat adalah hal yang suci dan sakral.