Selasa 26 Mar 2024 08:15 WIB

Telkom Berburu Mitra Strategis untuk Monetisasi Bisnis Data Center

Dua perusahaan pusat data global yang menjadi acuan, yakni Keppel dan Equinix.

Red: Setyanavidita livicansera
Untuk data center Batam dan Singapura, TelkomGroup melalui NeutraDC membangun hyperscale data center di Kabil Integrated Industrial Estate (KIIE) Batam berkapasitas ultimate 51 MW IT load (fase awal 17 MW) dengan konsep green data center.
Foto: Dok. Telkom
Untuk data center Batam dan Singapura, TelkomGroup melalui NeutraDC membangun hyperscale data center di Kabil Integrated Industrial Estate (KIIE) Batam berkapasitas ultimate 51 MW IT load (fase awal 17 MW) dengan konsep green data center.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT TeIkom Indonesia (Persero) berencana menjalin kemitraan strategis dengan pelaku bisnis global untuk melakukan monetisasi pusat datanya pada 2024. VP Investor Relations Telkom Achmad Faisal mengatakan bahwa penerapan skema kemitraan dinilai lebih tepat untuk monetisasi pusat data dibandingkan dengan skema initial public offerings (IPO).

"IPO itu prosesnya lama, dan dari kacamata bisnis bahwa perusahaan yang IPO di masa ini hampir 75 persennya kurang baik, sehingga itu bukan jadi pilihan kami," kata Achmad di Jakarta, Senin (25/3/2024) malam.

Baca Juga

"Di samping itu juga makro ekonomi 2024 masih ada ancaman dari global seperti suku bunga yang tinggi, sehingga kami memutuskan memilih model strategic partner untuk monetisasi data center kami," katanya. Meski belum memutuskan mitra strategis yang bakal diajak bekerja sama, Achmad mengatakan, PT Telkom mensyaratkan perusahaan calon mitra setidaknya harus memiliki standar sebagai pelaku bisnis pusat data global.

Ia menyebut, dua perusahaan pusat data global sebagai acuan, yakni Keppel dan Equinix yang memiliki konsumen pusat data di Eropa dan Asia Tenggara. Dalam upaya memuluskan pelaksanaan rencana monetisasi pusat data, Telkom akan meningkatkan kapasitas pusat datanya dari 42 MegaWatt (MW) menjadi setidaknya setara dengan kapasitas pusat data di negara tetangga Singtel, yakni sebesar 55 MW.

Badan usaha milik negara tersebut juga mengangkat penasihat bisnis untuk memuluskan pelaksanaan rencana monetisasi pusat data. "Karena kami ingin prudent begitu ya, kami sudah angkat business advisor untuk data center kami ini dan sementara kami juga butuh financial advisor namun masih dalam pencarian. Hopefully bisa cepat ketemu, baru kami bisa melangkah maju untuk mencari strategic partner ini," kata Achmad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement