REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Korea Music Contents Association (KMCA) menyuarakan keprihatinannya mengenai ajang penghargaan K-Pop yang menjamur dan terus bermunculan. Asosiasi menentang itu, menganjurkan ada budaya penghargaan yang lebih konstruktif dan kondusif bagi pertumbuhan industri K-Pop.
KMCA merupakan organisasi yang terdiri dari produser musik dan distributor rekaman besar, seperti HYBE, JYP Entertainment, dan SM Entertainment. Para pelaku industri musik yang tergabung di KMCA khawatiran ada komersialisasi dari berbagai ajang penghargaan K-Pop.
Selain itu, perkara "keadilan" dalam penetapan juara yang layak menerima penghargaan juga jadi pertanyaan. Menyoroti situasi yang ada, KMCA mengungkap saat ini terdapat sekitar 20 upacara penghargaan musik populer yang diadakan setiap tahun di Korea Selatan.
Dikutip dari laman All K-Pop, Selasa (26/3/2024), lebih dari lima ajang penghargaan baru muncul dalam lima tahun terakhir. Ada tiga hingga empat acara serupa yang diperkirakan akan diluncurkan tahun ini. Meskipun tidak menentang konsep ajang penghargaan, KMCA menolak ajang yang mengutamakan keuntungan daripada keadilan dan objektivitas.
Dalam pernyataan resmi KMCA yang dirilis pada 26 Maret 2024, acara yang condong ke aspek komersial berpotensi mengeksploitasi fandom alias basis penggemar K-Pop, hanya demi keuntungan finansial. Asosiasi itu juga menyebutkan enam masalah utama yang menurut mereka ada di lanskap penghargaan K-Pop saat ini.
Deretan permasalahan itu antara lain beban finansial pada penggemar, risiko kesehatan bagi artis, tekanan berlebihan pada agensi bakat, kurangnya transparansi dalam kriteria seleksi, dan memburuknya citra industri. Masalah terakhir ialah beban bisnis bagi perusahaan manajemen.