Maksiat di Bulan Ramadhan, Haruskah Menyalahkan Setan?

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil

Selasa 26 Mar 2024 22:57 WIB

Ilustrasi dosa dan balasan perbuatan maksiat di dunia Foto: Dok Republika Ilustrasi dosa dan balasan perbuatan maksiat di dunia

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Mubaligh Mesir, Syekh Hafiz Abdul Halim, menjawab pertanyaan tentang bagaimana maksiat bisa terjadi di bulan Ramadan padahal setan-setan terbelenggu. Dibelenggunya setan di bulan Ramadhan, berdasarkan hadits berikut:

عن أبي هريرة رضي الله عنه : أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ، فُتِحَتْ أبْوَاب الجَنَّةِ، وَغُلِّقَتْ أبْوَابُ النَّارِ، وَصفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ»

Baca Juga

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Ketika datang bulan Ramadhan, pintu surga dibuka, dan pintu neraka ditutup. Setan dirantai." (HR. Bukhari dan Muslim)

Syekh Abdul Halim menjelaskan, sebetulnya manusia juga memiliki tipu daya seperti setan. Bahkan tipu daya manusia lebih membahayakan.

"Tipu daya manusia lebih besar dan lebih parah. Di dalamnya terdapat bisikan," kata ulama Al-Azhar ini, dalam wawancaranya di program "Bint Al-Balad" yang ditayangkan di saluran televisi "Ten", dilansir Masrawy.

Syekh Abdul Halim menambahkan, bisikan yang ada di dalam hati terkadang terasa seperti berasal dari setan, sehingga mudah untuk menolaknya. Namun bukan berarti bisikan tersebut tidak akan memicu maksiat. Justru di sinilah pentingnya setiap Muslim menahan dan mengendalikan hawa nafsu.

"Arti dari puasa adalah menahan hawa nafsu kita, baik itu hawa nafsu perut maupun hawa nafsu syahwat. Manusia menahan diri karena berada dalam waktu dan tempat yang mulia, dan diminta untuk menghormati waktu ini. Namun, mungkin ada orang yang lemah dan tidak mampu menahan hawa nafsunya, sehingga maksiat terjadi di bulan Ramadan," jelasnya.

Sejatinya puasa mendatangkan dua kebahagiaan, sebagaimana disebutkan hadits berikut ini:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، - رضى الله عنه - قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏ "‏ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ ‏.‏ وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ ‏"‏ ‏.‏

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Setiap amal kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisalnya, hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta'ala berfirman, 'Kecuali amalan puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku.'

Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi." (HR. Bukhari)

Diriwayatkan juga dari Abu Hurairah RA, bahwa Nabi SAW bersabda, "Siapa yang melaksanakan puasa Ramadhan karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dari-Nya) maka akan diampuni dosa-dosa yang lalu. Dan siapa yang menghidupkan lailatul qadar (mengisi dengan ibadah) karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dari-Nya) maka akan diampuni dosa-dosanya yang lalu." (HR. Bukhari)

Terpopuler