REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jelang Idul Fitri, sebagian Muslim antusias untuk menyambut hari kemenangan. Mereka yang merantau sangat menantikan momen mudik untuk berkumpul dengan keluarga. Mereka mengumpulkan uang demi bisa berkumpul dengan keluarga.
Selain itu, kegembiraan juga terlihat dengan belanja baju lebaran atau kue untuk persiapan lebaran. Tetapi tak semua Muslim merasakan kebahagiaan itu karena faktor ekonomi.
Ada juga Muslimin yang sedih tak bisa pulang kampung atau membeli baju lebaran karena tidak memiliki uang meskipun sejatinya Lebaran bukan tentang pulang kampung atau baju baru. Idul Fitri adalah tentang menyambut kemenangan setelah satu bulan berperang melawan hawa nafsu di bulan Ramadhan.
Alquran telah memberikan petunjuk kepada manusia agar tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Sebab Allah lewat beberapa firmannya menunjukkan tak akan membiarkan manusia larut dalam kesedihan terus-menerus.
Sebagaimana dalam Surah Asy-Syarh ayat 5-8 yang berbunyi:
فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۙ
Fa'inna ma‘al-‘usri yusrā(n).
Artinya: "Maka, sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan."
اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۗ
Inna ma‘al-‘usri yusrā(n).
Artinya: "Sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan."
فَاِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْۙ
Fa iżā faragta fanṣab.
Artinya: "Apabila engkau telah selesai (dengan suatu kebajikan), teruslah bekerja keras (untuk kebajikan yang lain)."
وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْ ࣖ
Wa ilā rabbika fargab.
Artinya: "dan hanya kepada Tuhanmu berharaplah!"
Ayat tersebut secara tegas mengatakan...