Rabu 27 Mar 2024 23:27 WIB

Hadapi Kenyataan yang Kita Benci, Begini Nasihat Alquran dan Hadits 

Sabar dan ridha kunci hadapi kenyataan yang dibenci

Rep: Umar Mukhtar / Red: Nashih Nashrullah
Umat  Muslim berdoa (ilustrasi). Sabar dan ridha kunci hadapi kenyataan yang dibenci
Foto: EPA-EFE/FAROOQ KHAN
Umat Muslim berdoa (ilustrasi). Sabar dan ridha kunci hadapi kenyataan yang dibenci

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Ridha berarti bahagia, tenang, dan keberterimaan hati serta kelapangan terhadap takdir dan ketetapan Allah SWT.

Ketika menerima sesuatu yang tidak mengenakkan atau yang tidak disukai, maka di situlah pentingnya sikap sabar dan ridha dalam menerimanya.

Baca Juga

Dalam kondisi demikian, seorang Muslim juga harus senantiasa kembali kepada Allah SWT dengan selalu berdzikir. Ingat pula bahwa cobaan hidup bisa berupa hal yang baik atau buruk. Maksudnya, cobaan hidup itu bisa dalam bentuk sesuatu yang disenangi manusia atau yang tidak disukai mereka.

Pendakwah wanita Mesir, Dr Fatimah 'Antar mengingatkan agar menghindari sikap tidak senang atau kecewa atau bahkan tidak ridha terhadap apa yang telah Allah SWT tetapkan. Dia mengatakan, sampai saat ini masih ada orang yang tidak senang dan tidak menerima kodratnya.

"Hingga saat ini masih ada orang yang tidak menerima apa yang telah Allah SWT berikan kepada mereka. Ada perempuan-perempuan yang tidak senang karena tercipta sebagai perempuan, sehingga meniru laki-laki dalam hal penampilan dan cara berbicara. Ini karena dia tidak puas pada takdir Allah SWT atas dirinya," kata dia, dilansir Masrawy.

Padahal, Fatimah mengatakan, seorang Muslim maupun Muslimah tentu harus menerima dan menenangkan hatinya serta bersikap lapang terhadap ketetapan Allah atas dirinya. Hanya dengan sikap itulah, seorang hamba bisa meraih ridho Allah SWT.

Dalam kondisi demikian, seorang Muslim juga harus senantiasa kembali kepada Allah SWT dengan selalu berdzikir. Ingat pula bahwa cobaan hidup bisa berupa hal yang baik atau buruk. Maksudnya, cobaan hidup itu bisa dalam bentuk sesuatu yang disenangi manusia atau yang tidak disukai mereka. Allah SWT berfirman:

فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ كَلَّا ۖ بَلْ لَا تُكْرِمُونَ الْيَتِيمَ وَلَا تَحَاضُّونَ عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ وَتَأْكُلُونَ التُّرَاثَ أَكْلًا لَمًّا وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا

"Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: "Tuhanku telah memuliakanku". Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku". Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim. Dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin. Dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang bathil). Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan." (QS Al Fajr ayat 15-20)

Percaya pada qadha dan qadhar adalah salah satu rukun iman. Rasulullah SAW bersabda, "Iman adalah engkau beriman (percaya) kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, Hari Akhir, dan engkau percaya kepada takdir Allah yang baik maupun yang buruk."

Dalam hadits riwayat Abdullah bin Amr bin Al 'Ash, Rasulullah SAW bersabda sebagai berikut ini:

كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

 "Allah telah mencatat takdir setiap makhluk 50 ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi." (HR Muslim). Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda: 

إن لكل شيء حقيقة، وما بلغ عبد حقيقة الإيمان حتى يعلم أن ما أصابه لم يكلن ليخطئه وما أخطأه لم يكن ليصيبه

 "Segala sesuatu itu ada hakikatnya. Seorang hamba tidak akan sampai kepada hakikat iman sampai ia meyakini bahwa apapun yang (ditakdirkan) menimpanya, tidak akan meleset darinya. Dan apapun yang (ditakdirkan) tidak menimpanya maka tak akan menimpanya." (HR Muslim dari Abu Darda)

Hadits-hadits tersebut menunjukkan, seberapa kerasnya seorang hamba menghindar dari sesuatu, atau berusaha mencapai sesuatu, itu tidak akan terjadi bila Allah SWT tidak menetapkannya demikian. Jika Allah SWT menghendaki sesuatu terhadap diri seorang hamba, maka terjadilah. Di sinilah pentingnya berserah diri kepada Allah SWT.

Sumber: Masrawy

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement