REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Lima bulan telah berlalu sejak serangan pertama Israel ke Jalur Gaza, Palestina pada 7 Oktober 2023. Serangan tersebut telah membuat 85 persen warga Gaza mengungsi dalam keadaan yang memprihatinkan. Mereka kekurangan air, makanan, dan obat-obatan. Hal ini menjadi senjata senyap yang mematikan dari Israel untuk warga Gaza, Palestina.
Tak seperti umat muslim lainnya, pada bulan Ramadan 1445 H, kematian di Jalur Gaza terus meningkat akibat kelaparan massal. Sebanyak 30 ribu orang tewas akibat serangan Israel. Lainnya, sekitar 300 orang orang masih terjebak di Gaza Utara dan terpaksa mengonsumsi pakan ternak berupa rerumputan untuk dapat bertahan hidup.
Per Jumat (1/3/2024) lalu, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan empat anak meninggal akibat kekurangan gizi dan dehidrasi. Angka ini berpotensi terus bertambah, mengingat kondisi ekonomi Palestina melemah dan terus merosot.
Hanya saja, bantuan dari Dompet Dhuafa telah sampai pada hari pertama Ramadan 1445 H di Gaza, Palestina. Bantuan berupa makanan pokok yang disajikan langsung untuk para pengungsi.
“Kami sedang menyiapkan makanan hangat, bantuan dari Indonesia. Terima kasih Dompet Dhuafa dan masyarakat Indonesia atas donasinya. Semoga Allah Swt menerima amalnya,” tutur salah satu mitra Dompet Dhuafa di Gaza, Palestina pada Selasa (12/3/2024).
Penyaluran bantuan pangan tersebut telah menyentuh tiga titik di Jalur Gaza. Di antaranya, di daerah perbatasan Rafah, Kota Khan Younis di Jalur Gaza Selatan, dan Kota Deir Al-Balah di Jalur Gaza Tengah.