Kamis 28 Mar 2024 17:51 WIB

Wamenkominfo Ungkap Manfaat Publisher Rights Bagi Media dan Platform Digital

Aturan ini juga dapat mendorong peningkatan pendapatan bagi publisher.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ahmad Fikri Noor
Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria (kanan) dan Pemimpin Redaksi Republika Elba Damhuri (kiri) saat podcast Game Changer di kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Jakarta, Rabu (27/3/2024).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsi
Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria (kanan) dan Pemimpin Redaksi Republika Elba Damhuri (kiri) saat podcast Game Changer di kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Jakarta, Rabu (27/3/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria mengatakan, peraturan presiden (perpres) publisher rights memberikan kesempatan bagi publisher dan perusahaan platform digital untuk duduk setara dalam membangun iklim informasi yang sehat dan bertanggung jawab. Nezar menyampaikan aturan ini juga dapat mendorong peningkatan pendapatan bagi publisher

"Kita berharap bingkai peraturan ini bisa memberdayakan publisher. Insya Allah (pendapatan) lebih bagus," ujar Nezar saat podcast atau siniar Game Changer Republika dengan Pemimpin Redaksi Republika Elba Damhuri di kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Jakarta, Rabu (27/3/2024).

Baca Juga

Nezar menyebut kesepakatan semua pihak ini akan membuat iklim bisnis berjalan lebih baik dan menghasilkan win-win solution. Bagi publisher, Nezar menilai Perpres ini akan memberikan pendapatan yang lebih baik dari sebelumnya. 

"Nilai keekonomian sangat bantu dengan deal yang lebih fair antara publisher dengan platform digital. Publisher bisa ambil margin yang lebih baik," ucap Nezar. 

Nezar juga menyebut konten yang mengusung jurnalisme berkualitas tetap penting bagi setiap platform digital. Nezar mengatakan platform digital akan mengalami kerugian besar jika seluruh kontennya merupakan informasi menyesatkan atau disinformasi.

"Akibatnya terjadi kekacauan informasi dan itu sangat berbahaya," sambung Nezar. 

Laporan World Economic Forum, ucap Nezar, mengatakan disinformasi merupakan risiko global tertinggi pada untuk dua tahun ke depan. Isu disinformasi menjadi risiko tertinggi di atas perubahan iklim. 

Nezar menyampaikan banyaknya potensi disinformasi tak lepas dari momentum pemilu yang digelar di sejumlah negara pada tahun ini. Nezar menyampaikan informasi merupakan hal yang sangat penting bagi sejumlah pengambilan kebijakan, baik di instansi maupun korporasi. 

"Informasi yang kacau akan membuat orang salah dalam mengambil langkah dan keputusan, akibatnya terjadi kekacauan di semua hal. Sasaran yang diinginkan dalam bisnis pun bisa meleset karena informasi yang keliru," lanjut Nezar. 

Nezar meyakini perusahaan platform digital pun tidak ingin menjadi wadah bagi penyebaran informasi yang tidak benar atau hoaks. Oleh karenanya, lanjut Nezar, kehadiran publisher rights juga akan memberikan benefit dalam menjaga konten yang akurat pada setiap platform digital. 

"Konten yang mengusung jurnalisme di platform digital tetap penting bagi perusahaan platform digital. Bayangkan kalau informasinya menyesatkan semua, tidak bertanggung jawab, dan hoaks, akibatnya terjadi kekacauan informasi dan itu sangat berbahaya," kata Nezar. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement