REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Syekh Amin al-Khouli, ulama tafsir asal Mesir, menguraikan di balik turunnya Alquran di bulan Ramadhan, dan mengapa Allah SWT memilih Ramadhan sebagai bulan diturunkannya Alquran.
Syekh Khouli menyoroti keterkaitan antara Alquran dan bulan Ramadhan. Dia menjelaskan bahwa melalui ibadah puasa, seseorang memperoleh kesadaran akan dimensinya sebagai manusia, yang tercermin dalam pemahamannya tentang kehidupan dan aspek spiritualitas.
"Makhluk manusia memiliki kekuatan serta kelemahan yang inheren. Mereka tidak lantas berada pada derajat yang sama dengan malaikat dan tidaklah sanggup menghasilkan keajaiban. Inilah alasan di balik perintah Allah untuk berpuasa, yakni agar setiap individu menyadari keterbatasan serta batasan kekuatannya," jelasnya.
Dalam konteks itu, Alquran diturunkan untuk menuntun iman dan Islam melalui utusan Allah SWT yakni Nabi Muhammad SAW. Alquran adalah mukjizat yang tidak diturunkan kepada nabi sebelum Nabi Muhammad SAW.
Mengapa demikian? Karena masa sebelum Nabi Muhammad SAW adalah masa ketika umat manusia belum mencapai tingkat kematangan memahami dengan akal dan pemikiran tanpa membutuhkan sesuatu yang magis.
Itulah yang menjadi faktor yang menjadikan Alquran sebagai mukjizat itu sendiri. Diturunkan dalam bahasa Arab, yang di dalamnya tersimpan banyak keindahan bahasa. Keindahan bahasa dalam Alquran ini kemudian berusaha dibuat oleh para ahli syair pada masa itu, dengan berupaya membuat surat atau satu ayat yang serupa.
"Kemudian banyak yang menyadari, bahwa Alquran adalah kitab yang ayat-ayatnya penuh dengan hikmah, sehingga kebathilan tidak akan datang dari arah manapun," kata Khouli.
Syekh Amin al-Khouli juga menyebutkan, Alquran dan puasa sama-sama ditujukan kepada umat manusia. Sedangkan bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Alquran yang merupakan petunjuk bagi manusia.
Al-Khouli berpendapat, turunnya Alquran (Nuzulul Quran) bukan hanya dalam arti turun ke bumi. Dia mengungkapkan, ada bukti bahwa Alquran menggunakan kata 'nazala' dalam arti lain yang tidak melibatkan makna perpindahan atau turun.
Pada Surat Al-Hadid ayat 25, Allah SWT berfirman:
لَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنٰتِ وَاَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتٰبَ وَالْمِيْزَانَ لِيَقُوْمَ النَّاسُ بِالْقِسْطِۚ وَاَنْزَلْنَا الْحَدِيْدَ فِيْهِ بَأْسٌ شَدِيْدٌ وَّمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللّٰهُ مَنْ يَّنْصُرُهٗ وَرُسُلَهٗ بِالْغَيْبِۗ اِنَّ اللّٰهَ قَوِيٌّ عَزِيْزٌ ࣖ
"Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang nyata dan kami turunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat berlaku adil. Dan Kami menciptakan besi yang mempunyai kekuatan, hebat dan banyak manfaat bagi manusia, dan agar Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya walaupun (Allah) tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Mahakuat, Mahaperkasa." (QS. Al Hadid ayat 25)
Begitu pun dalam Surat Al-A'raf ayat 26, Allah SWT berfirman:
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ قَدْ اَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُّوَارِيْ سَوْءٰتِكُمْ وَرِيْشًاۗ وَلِبَاسُ التَّقْوٰى ذٰلِكَ خَيْرٌۗ ذٰلِكَ مِنْ اٰيٰتِ اللّٰهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُوْنَ
"Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat."
Pada dua ayat tersebut, kata 'nazala' tidak dimaknai 'turun' tetapi diartikan sebagai 'menciptakan' dan 'menyediakan'.
Dalam hal itulah, Syekh al-Khouli menjelaskan, turunnya Alquran di bulan Ramadhan bukan berarti bahwa wahyu secara fisik diturunkan oleh Malaikat Jibril, melainkan, diturunkan dengan makna membawa sesuatu lebih dekat, kemudian dibimbing ke arah itu.
Alquran adalah berkah dan petunjuk, sehingga turunnya wahyu di bulan Ramadhan dapat mendekatkannya kepada orang-orang dan membuat mereka membagikannya di bulan Ramadhan, bulan di mana orang yang berpuasa menyadari kemanusiaannya dan mereka menemukan di dalam Alquran jalan menuju kehidupan yang diridhai Allah SWT," paparnya.