REPUBLIKA.CO.ID, HAINAN — Mantan menteri luar negeri RI, Marty Natalegawa berpartisipasi dalam Boao Forum for Asia (BFA) yang digelar di Boao, Hainan, Cina, Kamis (28/3/2024). Marty memberikan pidato dalam acara diskusi bertajuk “The Global Security Initiative: Addresing Security Challanges and Promoting World Peace”.
“Kami diundang ke sini sebagai panelis, dan kemudian juga sebagai anggota board dari Boao Forum baru memulai keanggotaannya sekarang ini,” kata Marty kepada Republika seusai diskusi yang digelar di Dong Yu Grand Ballroom B International Conference Center.
Marty mengungkapkan, dia telah berpartisipasi dalam rangkaian agenda BFA sejak Rabu (27/3/2024). “Kemarin membahas peranan dari negara-negara berkembang dan hari ini tentang GSI (Global Security Initiative),” ujarnya.
Meski baru sekali berpartisipasi dalam BFA, Marty mengapresiasi penyelenggaraan forum tersebut. BFA, kata Marty, penting karena memberikan platform dan kesempatan kepada thought leaders, baik dari lembaga pemerintah, swasta, termasuk think tank, untuk bisa bertukar pandangan tentang masalah-masalah di kawasan. “Terutama dengan mengedepankan pendekatan dialog, pendekatan komunikasi,” ucapnya.
Dalam diskusi bertajuk “The Global Security Initiative: Addresing Security Challanges and Promoting World Peace”, Marty menyinggung beberapa isu, salah satunya upaya penyelesaian sengketa di Laut Cina Selatan. Wakil Menteri Luar Negeri Cina Cheng Xiaodong turut hadir dalam diskusi tersebut.
Republika berkesempatan menghadiri langsung BFA 2024 sebagai bagian dari agenda program China International Press Center. BFA tahun ini mengusung tema “Asia and the World: Common Challanges, Shared Responsibilities”.
“Tantangan-tantangan yang dihadapi dunia saat ini sangatlah kompleks, dan hanya dengan bersama-sama mengatasinya, memikul tanggung jawab dan memperkuat kerja sama, dunia dapat terus bergerak menuju jalur perdamaian dan kemakmuran,” kata Sekjen BFA Li Baodong dalam keterangan yang diterima Republika, Rabu (27/3/2024).
Dia menambahkan, melalui serangakaian diskusi pada konferensi, BFA berharap dapat menyatukan kebijaksanaan semua pihak, menyatukan kekuatan Asia dan dunia, serta mengatasi kesulitan dan menciptakan masa depan lebih baik. Li mengungkapkan, BFA tahun ini diikuti sekitar 2.000 delegasi partisipan. Mereka berasal dari lebih 60 negara. Menurut Li, BFA 2024 turut diliput 1.100 jurnalis dari sekitar 40 negara
Mengusung tema “Asia: Building an Epicentrum of Growth”, agenda konferensi BFA tahun ini berkisar pada empat pilar utama, yakni ekonomi global, pembangunan sosial, kerja sama internasional, serta inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari empat pilar tersebut, terdapat belasan sub-topik yang bakal dibahas, antara lain percepatan aksi iklim, tata kelola kecerdasan artifisial global, hak kekayaan intelektual dan pembangunan berkelanjutan, serta ekonomi digital.
Sejumlah pemimpin negara berpartisipasi dalam BFA 2024. Mereka mencakup Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev, Presiden Nauru David W.R. Adeang, Perdana Menteri Sri Lanka Dinesh Gunawerdana, dan Presiden Kamboja Hun Sen.