REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan hanya 10 dari 36 rumah sakit di Jalur Gaza yang masih beroperasi. Hal ini disampaikan setelah Rumah Sakit al-Amal di Khan Younis berhenti berfungsi pada Selasa (26/3/2024) lalu.
"Sistem kesehatan hampir tidak bisa bertahan," kata Sekretaris Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus di media sosial X seperti dikutip Aljazirah, Kamis (28/3/2024).
Pada awal pekan ini pasukan Israel mengepung Rumah Sakit al-Amal dan Nasser sambil terus menekan pengepungan di Rumah Sakit al-Shifa di Kota Gaza yang merupakan kompleks medis terbesar di Jalur Gaza. Masyarakat Bulan Sabit Merah (PRCS) mengatakan salah satu stafnya tewas ketika tank Israel tiba-tiba menyerbu sekitar dua rumah sakit di tengah pengeboman dan tembakan senjata berat.
"Sekali lagi, WHO menuntut diakhirinya serangan ke rumah sakit-rumah sakit di Gaza dan menyerukan perlindungan pada staf kesehatan, pasien dan warga sipil," kata Tedros.
Setelah jaringan media Aljazirah menyiarkan video yang menunjukkan dua pria tak bersenjata ditembak dan jenazah mereka dilindas buldozer tentara Israel di utara Gaza, PRCS mendesak masyarakat internasional untuk menuntut pertanggungjawaban Israel.
"Peristiwa brutal dan mengerikan ini karena kita sedang melihat pembunuhan ekstrayudisial," kata juru bicara PRCS Nebal Farsakh.
Ia menambahkan sudah sangat jelas Israel mencoba untuk menutupi bukti. "Israel berhasil lolos karena kebungkaman masyarakat internasional. Berapa ribu lagi rakyat Palestina yang dibunuh sebelum dunia mengambil langkah serius untuk meminta pertanggungjawaban Israel dan melakukan gencatan senjata segera dan berkelanjutan?” tambahnya.
Farsakh mengatakan situasi di lapangan di Gaza semakin buruk. Israel melanjutkan serangan yang disengaja ke pekerja kemanusiaan dan warga sipil.