Jumat 29 Mar 2024 13:01 WIB

AS tidak Dukung Perang Baru di Lebanon Antara Israel dan Hizbullah

Gedung Putih menekankan memulihkan ketenangan di sepanjang perbatasan ialah prioritas

Pasukan penjaga perdamaian PBB asal Spanyol berdiri di sebuah bukit yang menghadap desa-desa perbatasan Lebanon dengan Israel di kota Marjayoun pada Rabu, 10 Januari 2024.
Foto: AP Photo/Hussein Malla
Pasukan penjaga perdamaian PBB asal Spanyol berdiri di sebuah bukit yang menghadap desa-desa perbatasan Lebanon dengan Israel di kota Marjayoun pada Rabu, 10 Januari 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Gedung Putih pada Kamis (28/3/2024) mengatakan tidak mendukung perang baru di Lebanon. Gedung Putih menekankan bahwa memulihkan ketenangan di sepanjang perbatasan adalah prioritas utama, ketika ketegangan terus meningkat antara Israel dan Hizbullah.

Israel telah melakukan serangan udara terhadap Hizbullah dan kelompok lain. Serangan itu telah menjangkau lebih jauh ke dalam Lebanon.

Baca Juga

Serangan terbaru Israel menewaskan 18 warga sipil dan paramedis dalam serangkaian serangan udara di Habbariyeh, Baalbek dan Naqoura pada Rabu (27/3). Kota-kota tersebut berada di Lebanon timur dengan Baalbek menjadi yang paling utara.

Rentetan serangan rudal balasan dari Hizbullah menewaskan satu orang di Israel.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby mengatakan kepada wartawan bahwa AS mengawasi ketat pertempuran di sepanjang perbatasan, menekankan pemerintahan Biden "dengan amat sangat jelas kami tidak mendukung perang di Lebanon. Kami tidak ingin hal itu terjadi."

"Memulihkan ketenangan di sepanjang perbatasan tetap menjadi prioritas utama bagi Presiden Biden dan pemerintah. Kami yakin hal ini juga harus menjadi hal yang paling penting bagi Lebanon dan Israel,” katanya pada konferensi pers virtual.

"Kami akan terus bekerja mencapai resolusi diplomatik yang memungkinkan warga Israel dan Lebanon kembali ke rumah mereka masing-masing dalam keadaan aman dan nyaman, dan dapat tinggal di sana," tambah Kirby.

Sementara itu Kementerian Luar Negeri Lebanon pada Kamis mengatakan pihaknya bermaksud untuk mengajukan pengaduan terhadap Israel karena menargetkan warga sipil dan paramedis.

Ketegangan berkobar di sepanjang perbatasan antara Lebanon dan Israel di tengah baku tembak antara pasukan Israel dan Hizbullah, yang merupakan bentrokan paling mematikan sejak kedua belah pihak terlibat perang skala penuh pada 2006.

Eskalasi Israel-Lebanon terjadi di tengah serangan militer Israel di Jalur Gaza yang telah menewaskan lebih dari 32.500 warga Palestina menyusul serangan lintas batas yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan 1.139 orang.

Lebih dari 300 orang diperkirakan tewas di Lebanon, termasuk sedikitnya 247 pejuang Hizbullah. Hampir 20 warga Israel telah terbunuh, menurut data Israel.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement