Jumat 29 Mar 2024 19:11 WIB

ICMI Serukan Umat Islam Harus Menjadi Pelopor Kemajuan Berkeadilan

ICMI sebut tujuh kunci dalam mewujudkan kehidupan umat Islam berkeadilan.

Pembukaan Summit Jurnal Ulumul Quran, pada Jumat (29/3/2024) di Auditorium Wisma Mandiri Jakarta.
Foto: Dok. ICMI
Pembukaan Summit Jurnal Ulumul Quran, pada Jumat (29/3/2024) di Auditorium Wisma Mandiri Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam adalah agama yang berisi nilai-nilai kemajuan dan keadilan, oleh karena itu umat Islam harus menjadi pelopor dalam kemajuan yang berkeadilan, demikian dikatakan oleh Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), Profesor Arif Satria dalam sambutan pembukaan Summit Jurnal Ulumul Quran, pada Jumat (29/3/2024) di Auditorium Wisma Mandiri Jakarta.

"Karena itu, ICMI sebagai organisasi yang punya sejarah pelaku transformasi bangsa harus menjadi pelopor konsep Kemajuan Berkeadilan. Sebab kemajuan yang hendak kita capai juga sudah seharusnya bisa dirasakan oleh semua orang (berkeadilan)," ujar Arif Satria, dalam keterangan tertulis, Jumat.

Baca Juga

Menurut Arif, ketika nilai budaya kemajuan tersebut di atas penting untuk mendorong pertumbuhan dan kemakmuran, maka nilai-nilai kemanusiaan dan solidaritas sosial mendorong terciptanya pemerataan dan keadilan. 

"Inilah kita sebut dengan kemajuan inklusif atau kemajuan yang berkeadilan," ujar Arif.

Ia juga mengutip pernyataan Mantan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla yang turut hadir acara tersebut, bahwa persoalan bangsa Indonesia adalah persoalan ekonomi. 

"Dalam hal ini saya sependapat dan ini harus terus digaungkan dalam seminar ini, kita berharap dengan ilmu-ilmu Alquran yang pernah menjadi inspirasi peradaban. Saya mengapresisasi CIDES ICMI yang telah menginisiasi terbitnya Jurnal Ulumul Quran ini dan juga rutin melakukan kajian-kajian sistematis yang mengupas berbagai hal tentang kandungan Al-Quran yang bisa memberikan informasi yang lebih baik," kata Arif.

Dalam kesempatan tersebut, Arif juga menyampaikan tentang tujuh kunci dalam mewujudkan kehidupan umat Islam berkemajuan dan berkeadilan.

Pertama, orientasi sebagai pembelajar. Ayat yang pertama kali turun adalah 'iqra' yang artinya membaca. Penguatan literasi ternyata menjadi fondasi dalam membangun masyarakat. 

"Namun demikian, membaca bisa dimaknai lebih luas tidak saja membaca teks tetapi juga membaca konteks," kata Arif.

Ia mengutip makna Ulul Albab dalam Al-Quran Surah Ali Imran ayat 190-191. Sosok ulul albab adalah sosok pembelajar sejati, baik pembelajar atas fenomena alam, fenomena sosial, bahkan pembelajar atas wahyu yang diturunkan Allah Swt. Banyak kisah dalam Al-Qur’an yang harus menjadi bahan pelajaran untuk peringatan ke depan, dan hanya Ulul Albab yang mampu belajar dari Kisah-kisah tersebut. 

Lalu yang, kedua, menurut Arif, adalah berorientasi pada masa depan. Ada dua dimensi masa depan, yaitu masa depan di dunia dan di akhirat. 

"Lihat dalam Alquran surat Al-Hasyr ayat 18, yang artinya, Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan," kata Arif.

Kunci ketiga, orientasi tentang waktu dan kualitas kerja. Kualitas kerja adalah orientasi bagi seorang yang beriman. Hal ini tercermin dari melekatnya dua kata yaitu beriman dan beramal soleh dalam sejumlah ayat. Ini adalah konsekuensi dari dalil bahwa dunia adalah jembatan menuju akhirat. Orang menuju akhirat perlu kehidupan yang baik di dunia.

"Kehidupan yang baik di dunia memerlukan kualitas kerja yang baik pula. Kualitas kerja yang baik adalah hasil pemanfaatan waktu yang baik pula. Artinya setiap waktu akan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk berbuat baik," terang Arif.

Keempat, orientasi untuk saling menginspirasi dan kolaborasi. Al-Qur’an surat AlAshr 1-3 di atas sekaligus menegaskan bahwa orang yang beriman dan beramal soleh adalah orang yang saling menasihati tentang kebenaran dan kesabaran. Tentu ayat ini penting bagi kita di tengah masalah dan tantangan kehidupan yang berbeda dari waktu ke waktu. 

"Untuk menghadapi masalah dan tantangan perlu ide dan pemikiran, serta pada saat yang sama juga memerlukan semangat dan motivasi baru. Disinilah inspirasi tentang kebenaran dan kebaikan sangat diperlukan untuk menjadi modal dalam memperkuat kualitas kerja," jelas Arif.

Selanjutnya kunci kelima, menurutnya adalah integritas. Kolaborasi yang akan bertahan dalam waktu lama adalah kolaborasi yang berbasis pada sikap saling percaya (trust). Inilah yang menurt Arif membuat negara-negara maju sangat produktif berinovasi karena kuatnya kolaborasi antar ilmuwan dan antar lembaga. Kelanggengan kolaborasi mereka tercipta karena basis hubungannya adalah kepercayaan. 

"Thomas Stanley mengatakan bahwa dari 100 Faktor sukses ternyata nomor satu adalah kejujuran, bukan kepintaran, bukan dimana kita sekolah, dan bukan berapa nilai sekolah kita. Jelas, bahwa Islam mengajarkan kepada kita tentang kejujuran. Hal ini juga tertlihat jelas dari keteladanan Nabi Muhammad Saw yang sangat terkenal dengan julukan 'Al Amien'. Status ini diberikan oleh suku Quraisy kepada Nabi karena kejujurannya," terangnya.

Kunci kenam, yaitu berpikir positif. Seorang mukmin selalu mengambil hikmah dari setiap peristiwa. Arif memberi dalil Al-Quran dalam Surat Al-Insyirah Ayat 5 ditegaskan," setelah ada kesulitan pasti ada kemudahan". "Kita dilatih untuk bersikap positif atas kejadian apapun," katanya lagi. 

Kunci ketujuh, yaitu proaktif dan penuh inisiatif. Nilai ini muncul sebagai pemahaman atas QS ArRa’d Ayat 11 yang menegaskan bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang akan mengubahnya. Disinilah masa depan kita akan ditentukan oleh kita sendiri. Maju mundurnya kehidupan kita sangat tergantung dari sikap proaktif dan daya inisiatif melalui visi, strategi, dan eksekusi yang kita lakukan. 

"Ketujuh nilai tersebut bisa menjadi pilar budaya kemajuan. Budaya kemajuan ini diperlukan untuk merespons perubahan. Kemajuan secara kultural sangatlah penting bagi konstruksi kemajuan secara material, seperti teknologi, infrastruktur, ekonomi, dan bangunan fisik lainnya," jelas Arif.

Menurutnya, tentu saja yang diinginkan adalah kemajuan bangsa dengan kekuatan kombinasi keduanya yakni adanya kemajuan secara kultural dan kemajuan material sekaligus. 

"Selanjutnya seluruh dimensi kemajuan tersebut didasari kerangka spiritualitas yang kuat, sehingga iman dan taqwa tetap menjadi fondasi pokoknya," pungkas Arif.

ICMI akan selalu hadir untuk memberikan solusi dan kontribusi terbaik bagi bangsa Indonesia. ICMI yang berlandaskan ke-Islaman dan ke-Indonesiaan berbasis kecendekiaan akan selalu berperan aktif mendorong kebaikan untuk bangsa dan negara.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement