REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kepala Badan Keamanan Federal Rusia (FSB) Rusia Alexander Bortnikov mengatakan, Badan Keamanan Ukraina harus dinyatakan sebagai "organisasi teroris". "Kami perlu melakukan ini, tentu, ya. Saya percaya ini adalah dasarnya. Tidak hanya untuk membuat perhitungan, tetapi juga untuk membuat keputusan yang tepat," kata Bortnikov kepada wartawan di Moskow menyusul pertemuan dengan dewan Kantor Kejaksaan Agung Rusia, belum lama ini.
Bortnikov mengatakan, pimpinan di badan khusus Ukraina itu, termasuk kepala intelijen pertahanan Ukraina Kyrylo Budanov, adalah "sasaran sah" Rusia. Dia juga menuding Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Ukraina berada di balik serangan yang menewaskan 139 orang pada Jumat (22/3/2024) di Balai Kota Crocus di wilayah Moskow.
Dia mengklaim, Kiev sedang mencoba untuk "membuktikan kemampuannya", oleh karena itu mereka menganggap perlu melakukan sabotase dan aksi terorisme, untuk melakukan hal tersebut, yang menurutnya merupakan tujuan dari kepemimpinan badan intelijen Ukraina dan Inggris. Bortnikov lebih lanjut mengklaim, Ukraina melakukan pelatihan terhadap para teroris di Timur Tengah.
Dia lebih lanjut mengatakan bahwa ancaman "aksi teroris" di Rusia terus berlanjut, dan mengakui bahwa AS memang memberikan informasi umum kepada Rusia tentang kemungkinan serangan teroris di negara tersebut. Kepala Dewan Keamanan Rusia Nikolai Patrushev mengatakan bahwa lembaga-lembaga penegak hukum Rusia memiliki bukti keterlibatan Ukraina dalam serangan di gedung konser di Balai Kota Crocus.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, penembakan tersebut dilakukan oleh kelompok radikal, tetapi pertanyaan lebih spesifik dan profesional seperti tentang siapa yang memerintahkan penembakan itu masih harus dijawab.