REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW— Otoritas Amerika Serikat prihatin bahwa data intelijen yang dibagi negara adidaya tersebut dengan Israel ternyata digunakan untuk menargetkan warga sipil dan infrastruktur di Jalur Gaza, menurut laporan The Wall Street Journal pada Ahad (31/3/2024).
The Wall Street Journal memberitakan laporan tersebut dengan mengutip sumber yang mengetahui situasi tersebut.
Setelah serangan 7 Oktober 2023, Amerika Serikat dan Israel menandatangani nota rahasia pembagian intelijen, demikian bunyi laporan itu.
Pada awal konflik, badan-badan intelijen Amerika Serikat mengembangkan aturan untuk bertukar data dengan Israel, tetapi kemudian para pembuat kebijakan senior di Gedung Putih akan menentukan apakah ada pelanggaran terhadap aturan tersebut, tambah laporan itu.
Lembaga khusus Amerika Serikat mengumpulkan data tentang kemungkinan pelanggaran aturan konflik oleh kedua belah pihak dalam sebuah laporan yang diterbitkan setiap dua pekan, menurut surat kabar tersebut.
Dalam memorandum tersebut, Israel berkomitmen untuk menggunakan data tersebut dengan cara yang tidak menargetkan warga sipil atau infrastruktur sipil, ungkap surat kabar tersebut dengan mengutip para pejabat Amerika Serikat.
Pada saat yang sama, sulit untuk memahami secara pasti bagaimana informasi tersebut digunakan, ucap para pejabat itu.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan serangan Israel ke kantong pemukiman itu dalam 24 jam terakhir menewaskan 77 orang Palestina. Sementara Mesir menjadi tuan rumah delegasi Israel untuk perundingan gencatan senjata dengan Hamas.
Militer Israel mengatakan mereka membunuh tokoh senior milisi Jihad Islam di pusat komando di halaman Rumah Sakit Al-Aqsa di Gaza tengah. Israel tidak mengungkapkan nama dan pangkatnya.
"Pusat komando dan teroris diserang dengan presisi," kata militer Israel, Ahad (31/3/2024).
Dalam pernyataan tersebut militer Israel mengatakan mereka berusaha meminimalisir "kerugian pada warga sipil yang tidak terlibat di sekitar rumah sakit." Militer Israel juga mengklaim "bangunan Rumah Sakit Al-Aqsa tidak rusak" dan serangan tidak mempengaruhi operasinya.
Jihad Islam yang merupakan sekutu Hamas belum mengeluarkan pernyataan. Kementerian Kesehatan Palestina dan kantor media Hamas mengatakan serangan Israel menghantam beberapa tenda di dalam Rumah Sakit Al-Aqsa dan membunuh empat orang serta melukai beberapa orang lainnya termasuk lima jurnalis.
Pada 7 Oktober 2023, kelompok Palestina Hamas melancarkan serangan roket skala besar terhadap Israel dan melanggar perbatasan, menyerang lingkungan sipil dan pangkalan militer. Hampir 1.200 orang di Israel tewas dan sekitar 240 lainnya diculik dalam serangan itu.
Israel melancarkan serangan balasan, memerintahkan blokade total terhadap Gaza, dan memulai serangan darat ke daerah kantong Palestina dengan tujuan untuk melenyapkan pejuang Hamas dan menyelamatkan para sandera.
Lebih dari 32.700 orang telah terbunuh sejauh ini di Jalur Gaza, kata pemerintah setempat.