Senin 01 Apr 2024 09:06 WIB

Sebabkan Keracunan, Pejabat Kesehatan Jepang Geledah Pabrik Kedua Kobayashi 

Kobayashi mulai menarik produknya pada 22 Maret 2024.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Ilustrasi keracunan
Foto: Pixabay
Ilustrasi keracunan

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Pihak berwenang kesehatan Jepang menggeledah pabrik kedua Kobayashi Pharmaceutical di sebelah barat negara itu. Setelah Kobayashi melaporkan lima kematian yang kemungkinan berkaitan dengan suplemen yang mereka produksi.

Inspeksi di prefektur Wakayama, Ahad (31/3/2024), dilakukan setelah penggeledahan di pabrik di Osaka. Sebagai perluasan penyelidikan terhadap penggunaan bahan baku ragi merah "Beni-Koji."

Baca Juga

Kobayashi yang berbasis di Osaka mengatakan, mereka menemukan tampaknya asam puberulat yang beracun dihasilkan jamur biru penicillium dalam bahan baku Beni-Koji yang diproduksi antara April sampai Oktober di pabrik Osaka.

Hingga Jumat (30/3/2024), Kobayashi mengatakan sekitar 114 orang masuk rumah sakit dan lima meninggal dunia setelah meminum suplemen yang dipasarkan dapat menurunkan tingkat kolesterol. Pejabat Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Jepang mengatakan, penyebab kematian belum dikonfirmasi. "Namun dicurigai penyebabnya mungkin Beni-Koji, sehingga kami menginspeksi dua pabrik dalam dua hari," katanya.

Kobayashi mengatakan pihaknya sedang menyelidiki dugaan hubungan antara produk mereka dengan dampaknya pada ginjal sejak menerima masalah ginjal terkait produk mereka. "Kami sepenuhnya kooperatif dengan penyelidikan sehingga kami dapat menyelesaikan masalah ini secepat mungkin," kata kepala hubungan investor Kobayashi Yuko Tomiyama dalam video yang disiarkan stasiun televisi NHK.

Kementerian Kesehatan Jepang mengatakan mereka akan bergandengan tangan kementerian lain terkait melakukan yang terbaik untuk menyelesaikan kasus yang sedang terjadi sambil meminta Kobayashi Pharma untuk kooperatif sebanyak yang dibutuhkan dalam kasus ini.

Media Jepang melaporkan pabrik di Daerah Yodogawa, Osaka ditutup pada bulan Desember karena usia fasilitas di dalamnya. Produksi dipindahkan ke Kota Kinokawa yang digeledah pada Ahad ini.  

Pemerintah Jepang mengkritik Kobayashi yang butuh dua bulan untuk mengumumkan dampak kesehatan produk mereka. Kobayashi mulai menarik produknya pada 22 Maret lalu setelah menerima laporan mengenai kerusakan ginjal. Produk itu juga dikonsumsi di negara lain.

Media Jepang melaporkan terdapat kasus gagal ginjal akut di Taiwan. Kantor berita Taiwan, Central News Agency melaporkan, badan makanan dan obat-obatan Taiwan menyelidiki tiga reaksi kesehatan yang tak terduga, yang mungkin berkaitan dengan bahan baku impor dari Kobayashi.

Media Pemerintah Cina melaporkan asosiasi konsumen negara itu mendesak konsumen berhenti menggunakan produk-produk yang terdampak. Asosiasi mengatakan mereka khawatir dengan resiko produk-produk Kobayashi.

Seorang pejabat yang tidak bersedia disebutkan namanya mengatakan Kementerian Kesehatan Jepang mengetahui kasus di Taiwan. Ia menolak membahas kasus-kasus lain di luar negeri.

Badan keamanan pangan dan obat-obatan Korea Selatan merilis daftar 182 produk Jepang dari Kobayashi dan perusahaan lain yang ditarik karena berisi ragi merah. Mereka meminta konsumen untuk tidak membeli produk itu di internet.

Kementerian Korea Selatan mengatakan pihak berwenang akan membuang atau mengembalikan produk-produk yang berkaitan dengan kasus Kobayashi ke bea cukai. Mereka belum menanggapi permintaan komentar lebih lanjut.

NHK melaporkan Kobayashi menjual Beni-Koji ke 52 perusahaan secara grosir. Perusahaan-perusahaan itu menggelar inspeksi sukarela dan tidak menemukan bahan baku yang membutuhkan konsultasi medis. Perusahaan-perusahaan itu menjual bahan baku ke 173 perusahaan lain.

Stasiun televisi Asahi melaporkan kemungkinan terdapat 1.800 produsen makanan yang dapat terdampak kasus ini. Beni-Koji mengandung Monascus purpureus, jamur merah yang digunakan sebagai pewarna makanan. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement