REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Dokter spesialis lambung dan liver Universitas Airlangga (Unair), Prof Muhammad Miftahussurur, mengungkapkan sejumlah makanan yang tidak boleh dikonsumsi penderita penyakit lambung seperti gerd dan asam lambung, yang menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Pada prinsipnya, kata dia, penderita gerd dan asam lambung harus menghindari jenis makanan dan minuman yang dapat memicu munculnya gas di lambung.
Selain itu, hindari pula jenis makanan atau bahan makanan yang dapat merusak dan membuat trauma pada lambung. "Jika kita lihat, sebenarnya pada prinsipnya adalah makanan yang mengandung banyak gas, seperti kacang tanah, ketela pohon, kentang, dan beberapa sayuran atau buah seperti sawi, kol, nangka, dan pisang yang bisa merangsang munculnya gas," kata Miftah, Senin (1/4/2024).
Selain itu, kata Miftah, perlu menghindari makanan yang berpotensi merangsang pengeluaran asam lambung dan makanan yang sulit dicerna oleh tubuh. Makanan yang sulit untuk dicerna dapat mengganggu pergerakan dari lambung.
"Misalkan kopi, sari buah yang bernuansa kecut, hingga yang paling sering ialah susu full cream yang berlemak tinggi, itu akan menimbulkan peningkatan asam lambung," ujarnya.
Penderita gerd dan asam lambung pun dianjurkan untuk tidak mengonsumsi sesuatu yang dingin saat berbuka maupun sahur. Hal tersebut dapat menyebabkan kondisi perut cepat kenyang, sehingga mengurangi selera makan. Padahal, kata dia, asupan protein, lemak, dan mineral yang cukup sangat penting untuk cadangan energi selama berpuasa.
Miftah menjelaskan sejumlah makanan yang bisa menjadi pilihan bagi penderita gerd dan asam lambung. Miftah menyampaikan, hal yang sangat perlu diperhatikan adalah menjaga tubuh tetap terhidrasi. Yakni, dengan menjaga kecukupan cairan dalam tubuh.
"Yang dianjurkan, mengonsumsi setidaknya 4 hingga 5 gelas air saat berbuka dan menjelang tidur dan 3 hingga 4 gelas saat sahur," ucapnya.
Miftah menganjurkan untuk mengawali berbuka dengan takjil atau makanan yang mengandung karbohidrat sederhana. Contohnya dengan kurma dan buah-buahan, sehingga asupan karbohidrat yang masuk saat berbuka cukup dan tidak berlebihan.
"Sehingga gula cepat diserap dan bermanfaat untuk cepat menormalkan gula darah. Lonjakan gula darah jadi tidak terlalu tinggi," kata dia.
Sedangkan saat sahur, Miftah tidak menganjurkan untuk mengonsumsi asupan dengan karbohidrat sederhana, melainkan karbohidrat kompleks. Seperti nasi dan sereal. Proses pencernaan karbohidrat kompleks lebih lama, sehingga selama berpuasa ada asupan energi dalam jangka waktu yang lebih panjang.
"Pada saat sahur paling bagus adalah makanan pokok. Ada lauk-pauk, sayur, dan buah-buahan dalam jumlah yang cukup dan memenuhi kebutuhan gizi saat berpuasa," ujarnya.