REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Tim kampanye Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, menuduh mantan presiden Donald Trump memicu kekerasan politik setelah Trump membagikan video yang memperlihatkan foto Biden diikat dan ditarik dengan truk pikap. Video itu Trump bagikan di media sosialnya Truth Social pada Jumat (29/3/2024) lalu.
Dalam video itu terlihat sebuah mobil SUV dan truk pickup yang membawa bendera besar yang mendukung Trump dan penegak hukum. Foto Biden diikat di bagian belakang truk. "Donald Trump amat sangat nyaman dengan kekerasan ketika ia berpikir hal itu menguntungkannya. Pada faktanya ia mendukungnya. Sederhananya, kampanyenya tentang dirinya sendiri. Ini tentang balas dendam, tentara retribusi," kata direktur komunikasi kampanye Biden, Michael Tyler, Selasa (2/4/2024).
"Kekerasan politik sudah menjadi dan terus menjadi pusat dari gaya politik Trump," tambahnya. Bahasa-bahasa kasar bukan hal baru bagi Trump yang secara terbuka menyerukan agar musuh politiknya dipenjara, menangguhkan konstitusi, dan menyarankan jenderal tertinggi AS dieksekusi.
Trump terus melontarkan pernyataan-pernyataan menghasut dan rasialis sejak maju kembali dalam pemilihan presiden pada November 2022 lalu. Retorikanya dalam kampanye juga semakin keras, menimbulkan kekhawatiran ia mengabaikan norma demokrasi untuk mengincar lawan politiknya.
Dalam jajak pendapat terbaru Reuters/Ipsos Biden unggul satu persen dibandingkan Trump. Dalam jajak pendapat yang digelar selama satu pekan ini sekitar 39 persen pemilih terdaftar mengatakan bila pemungutan suara digelar hari ini mereka akan memilih Biden yang merupakan kandidat Partai Demokrat. Sementara 38 persen mengatakan akan memilih Trump.
Awal bulan ini, Trump mengatakan akan terjadi "pertumpahan darah" jika dia tidak memenangkan pemilihan presiden pada bulan November. Pernyataan yang mendapat reaksi keras dari Biden sendiri.
Pada Desember, Trump mengatakan para migran “meracuni darah” Amerika dan pada bulan November, ia menggunakan kata “hama” untuk menggambarkan saingan politiknya. Pernyataan ini memicu kecaman luas, termasuk dari Biden, yang menyamakan komentarnya dengan “bahasa yang Anda dengar di Nazi Jerman."
Pada Jumat lalu, juru bicara Trump membela retorika Trump. Ia justru merujuk pernyataan Biden pada 2018, di mana presiden itu berkata, "Jika kita masih di sekolah menengah, saya akan membawa Trump ke gym dan menghajarnya habis-habisan."