Rabu 03 Apr 2024 11:14 WIB

Hampir 200 Pekerja Kemanusiaan di Palestina Syahid Sejak Oktober

Palestina adalah tempat paling berbahaya untuk pekerja bantuan kemanusiaan.

Red: Setyanavidita livicansera
 Warga Palestina memeriksa kendaraan berlogo World Central Kitchen yang hancur akibat serangan udara Israel di Deir al Balah, Jalur Gaza, Selasa, (2/4/2024).
Foto: AP Photo/Ismael Abu Dayyah
Warga Palestina memeriksa kendaraan berlogo World Central Kitchen yang hancur akibat serangan udara Israel di Deir al Balah, Jalur Gaza, Selasa, (2/4/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, HAMILTON -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa (2/4/2024) mengungkapkan, sedikitnya 196 pekerja kemanusiaan terbunuh sejak Oktober, di Jalur Gaza, menyusul tragedi terjadinya pembunuhan pekerja bantuan oleh pasukan Israel, baru-baru ini.

Laporan ini menggambarkan wilayah Palestina sebagai salah satu tempat paling berbahaya dan sulit di dunia untuk bekerja sebagai pekerja bantuan kemanusiaan. Juru bicara PBB Stephane Dujarric saat konferensi pers, kembali menegaskan bahwa semua serangan terhadap pekerja layanan kesehatan dan militerisasi rumah sakit tidak dapat diterima.

Baca Juga

Dujarric menekankan, rumah sakit harus dilindungi agar warga sipil dapat menerima bantuan penyelamatan jiwa yang mungkin mereka butuhkan. Mengulangi seruan mendesak PBB untuk segera dilakukan gencatan senjata, jubir itu mengatakan Koordinator Senior PBB untuk Kemanusiaan dan Rekonstruksi Gaza, Sigrid Kaag, bertemu dengan pekerja lembaga kemanusiaan World Central Kitchen (WCK) di Gaza, sehari sebelum mereka tewas akibat serangan udara Israel.

Mengetahui Kaag, terkejut dengan serangan tersebut, Dujarric menyampaikan pernyataan belasungkawa kepada keluarga korban. Ditanya tentang pesan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres atas peristiwa tersebut, Dujarric mengatakan, pesannya adalah biarkan pekerja kemanusiaan melakukan tugasnya. Mereka harus mampu melakukannya dan aman.