Rabu 03 Apr 2024 12:41 WIB

Inggris Berisiko Alami Krisis Air di Musim Panas

Inggris dinilai tidak bisa menyimpan cadangan air dengan baik.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Para ilmuwan menilai bahwa Inggris tidak bisa menyimpan cadangan airnya dengan baik.
Foto: www.freepik.com
Para ilmuwan menilai bahwa Inggris tidak bisa menyimpan cadangan airnya dengan baik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Inggris bisa menghadapi kekurangan air dan larangan penggunaan selang air (hosepip ban), jika musim panas ini lebih panas dan kering. Hal ini berisiko terjadi meskipun negara tersebut telah mengalami 18 bulan terbasah sejak pencatatan dimulai.

Para ilmuwan menilai bahwa Inggris tidak bisa menyimpan cadangan airnya dengan baik. Walhasil, negara tersebut rentan terhadap pola hujan yang akan lebih sering terjadi karena krisis iklim.

Baca Juga

Selama tiga dekade terakhir, tidak ada waduk besar baru yang dibangun. Sungai-sungai juga telah direkayasa untuk mengalirkan air dengan cepat sehingga air mengalir ke kota-kota besar dan menyebabkan banjir. Selain itu, ada banyak lahan basah yang dikeringkan dan ditanami atau dibangun. Hal ini berarti air yang mengguyur Inggris pada musim dingin tidak disimpan dengan baik, menyebabkan banjir yang diikuti dengan kekurangan air di musim panas.

Badan Lingkungan Hidup Inggris mengeluarkan laporan yang memprediksi bahwa kekurangan air akan terus bertambah di tahun-tahun mendatang, yang menyebabkan defisit hampir 5 miliar liter air per hari pada tahun 2050. Jumlah ini lebih dari sepertiga dari 14 miliar liter air yang saat ini digunakan untuk pasokan air publik.

Kekurangan air tersebut pada praktiknya berarti pasokan publik diprioritaskan, sementara pertanian dan bisnis lainnya dilarang melakukan abstraksi, sehingga memaksa mereka menghentikan operasinya untuk sementara waktu. Aktivitas lain seperti mengisi kolam renang, serta membersihkan gedung-gedung publik juga mungkin dilarang.

Larangan penggunaan selang air sudah diberlakukan selama musim panas dan kemarau, dimana orang-orang dilarang menggunakannya untuk mencuci mobil dan menyirami kebun. Jo Parker, seorang insinyur sipil yang telah bekerja di industri utilitas selama 30 tahun, mengatakan bahwa bahkan setelah curah hujan mencapai rekor, masih ada kemungkinan akan ada larangan penggunaan selang air jika terjadi rekor musim panas.

"Jumlah penyimpanan air yang tidak diolah di negara ini jauh lebih rendah daripada yang kita butuhkan, karena tidak ada waduk yang dibangun selama 30 tahun terakhir,” kata dia seperti dilansir The Guardian, Rabu (3/4/2024).

Parker menjelaskan bahwa permintaan air telah meningkat, terutama di musim panas, karena populasi di Inggris telah berkembang. Selain itu, semakin banyak orang yang menikmati fasilitas-fasilitas air seperti kolam dayung hingga mesin cuci. Ditambah lagi dengan suhu musim panas yang melonjak hingga mencapai 40-an derajat Celcius akibat perubahan iklim.

"Meskipun hal ini secara umum tidak menyebabkan masalah yang meluas, namun hal ini telah menyebabkan beberapa larangan penggunaan pipa air, dan beberapa kekurangan air yang terlokalisir yang sering kali disebabkan oleh kemacetan dalam jaringan distribusi, bukan karena kekurangan pasokan air secara keseluruhan,” kata dia.

Meskipun bulan Maret merupakan bulan yang basah, jika bulan-bulan berikutnya kering, seperti yang diperkirakan oleh pemodelan cuaca, ada kemungkinan Inggris akan kehabisan air pada musim panas ini.

Jamie Hannaford, ahli hidrologi di Pusat Ekologi & Hidrologi Inggris (UKCEH) mengatakan bahwa meskipun Inggris akan mengalami peningkatan aliran sungai di musim dingin, dan peningkatan aliran yang tinggi selama periode banjir, aliran sungai di waktu-waktu lain dalam setahun akan menurun. Begitupun aliran terendah yang dialami setiap musim panas akan jauh lebih rendah daripada sekarang.

Demikian pula, lanjut Hannaford, kejadian kekeringan akan menjadi lebih parah di abad mendatang. Sejalan dengan itu, hal ini akan memberikan tekanan tambahan pada pasokan air selama periode ketika permintaan paling tinggi.

“Inggris berisiko kehabisan air karena populasi kita telah berkembang dan terus bertambah, pola curah hujan kita berubah karena perubahan iklim, dan kita belum cukup berinvestasi dalam perubahan yang diperlukan untuk menutup kesenjangan. Kita telah melihat di beberapa daerah apa yang terjadi ketika permintaan air yang tinggi diikuti dengan periode kekeringan yang berkepanjangan: pipa-pipa air bisa kering,” kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement