Kamis 04 Apr 2024 11:47 WIB

Joe Biden Bahas Laut Cina Selatan dengan Xi Jinping

Gedung Putih mengatakan kedua pemimpin terlibat dalam diskusi yang jujur.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Presiden Joe Biden dan Presiden China Presiden Xi Jinping berjalan di taman di Filoli Estate di Woodside, California, Rabu, 15 November 2023, di sela-sela konferensi Koperasi Ekonomi Asia-Pasifik.
Foto: Doug Mills/The New York Times
Presiden Joe Biden dan Presiden China Presiden Xi Jinping berjalan di taman di Filoli Estate di Woodside, California, Rabu, 15 November 2023, di sela-sela konferensi Koperasi Ekonomi Asia-Pasifik.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden Jr, pada Selasa (2/4/2024), melakukan pembicaraan dengan Presiden Cina Xi Jinping melalui sambungan telepon. Percakapan dilakukan setelah kedua pemimpin bertemu di Woodside, California, pada November 2023.

Gedung Putih mengatakan kedua pemimpin terlibat dalam diskusi yang jujur dan konstruktif mengenai berbagai isu bilateral, regional, dan global. Termasuk, area-area kerja sama dan yang masih menjadi perbedaan.

Baca Juga

"Mereka meninjau dan mendorong kemajuan dalam isu-isu utama yang dibahas di KTT Woodside, termasuk kerja sama pemberantasan narkotika, komunikasi antar militer yang sedang berlangsung, pembicaraan untuk mengatasi risiko terkait AI, dan upaya berkelanjutan dalam perubahan iklim serta  pertukaran antarmasyarakat," kata Gedung Putih dalam pernyataannya, Rabu (3/4/2024).

"Presiden Biden menekankan pentingnya menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan serta supremasi hukum dan kebebasan navigasi di Laut Cina Selatan," tambah Gedung Putih. Gedung Putih mengatakan dalam percakapan itu Biden menyampaikan kekhawatiran atas dukungan Cina terhadap basis industri pertahanan Rusia serta dampaknya terhadap keamanan Eropa dan transatlantik.

Ia juga menekankan komitmen tetap AS terhadap denuklirisasi secara menyeluruh di Semenanjung Korea. Gedung Putih menambahkan, Biden juga terus menyampaikan kekhawatirannya mengenai kebijakan perdagangan tidak adil dan praktik ekonomi non-pasar Cina yang merugikan pekerja dan keluarga Amerika.

"Presiden Biden menekankan Amerika Serikat akan terus mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah teknologi canggih Amerika dipergunakan untuk melemahkan keamanan nasional kita, tanpa terlalu membatasi perdagangan dan investasi," tambah Gedung Putih dalam pernyataan tersebut.  

Gedung Putih mengatakan dalam percakapan tersebut kedua pemimpin menyambut baik upaya berkelanjutan untuk menjaga terbukanya saluran komunikasi serta mengelola hubungan secara bertanggung jawab melalui diplomasi tingkat tinggi dan konsultasi di tingkat kerja dalam beberapa pekan dan bulan ke depan.

Termasuk kunjungan Menteri Keuangan AS Janet Yellen dan Menteri Luar Neger AS Antony Blinken mendatang. Sementara itu seorang pejabat senior pemerintah memberikan informasi latar belakang tentang keterlibatan bilateral AS-Cina mengatakan pendekatan Washington pada Cina belum berubah.

AS tetap fokus pada kerangka investasi, keselarasan, dan kompetisi. "Persaingan yang ketat memerlukan diplomasi yang intens untuk mengelola ketegangan, mengatasi kesalahan persepsi, dan mencegah konflik yang tidak diinginkan. Dan seruan ini adalah salah satu cara untuk melakukan hal tersebut," kata pejabat tersebut.

“Tentu saja ada juga bidang kerja sama yang sejalan dengan kepentingan kami, bidang-bidang ini mencakup pemberantasan narkotika, masalah risiko dan keselamatan terkait kecerdasan buatan (AI), dimulainya kembali saluran komunikasi antar militer kedua negara, dan masalah iklim,” tambahnya.

Mengenai AI, pejabat itu mengatakan AS berupaya mewujudkan dialog AS-Cina dalam beberapa pekan mendatang yang bertujuan untuk mengelola tantangan risiko dan keselamatan yang ditimbulkan bentuk-bentuk AI yang lebih canggih. “Kami juga melanjutkan diskusi melalui saluran-saluran komunikasi utama terkait isu-isu iklim dan ekonomi, dan berupaya memperkuat hubungan antara masyarakat kedua negara, termasuk dengan memperluas pertukaran pendidikan dan pertukaran lainnya,” katanya.

"Ini adalah bentuk pengelolaan hubungan yang bertanggung jawab. Di sela-sela pertemuan tingkat tinggi dan senior yang diadakan setahun sekali, kami benar-benar menemukan peluang bagi kedua pemimpin untuk membicarakan masalah-masalah yang menantang dan memastikan bahwa kami mengelola persaingan antara kedua negara secara bertanggung jawab,” tambahnya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement