Rabu 10 Apr 2024 00:15 WIB

Studi: Tingkat Pendidikan Orang Tua Pengaruhi Keoptimalan Pengasuhan Anak

Semakin tinggi pendidikan orang tua, semakin baik pengasuhan terhadap anak.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Friska Yolandha
Anak-anak bermain saat berwisata di Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Jumat (9/2/2024). Tingkat pendidikan orang tua pengaruhi pengasuhan.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Anak-anak bermain saat berwisata di Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Jumat (9/2/2024). Tingkat pendidikan orang tua pengaruhi pengasuhan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tanoto Foundation bersama School of Parenting melakukan studi terkait praktik pengasuhan anak. Dari hasil studi yang dilakukan itu menunjukkan, perbedaan tingkat pendidikan, ekonomi, dan tempat tinggal pengasuh menjadi elemen yang berpengaruh terhadap optimalnya pengasuhan anak. 

“Semakin tinggi tingkat pendidikan dan ekonomi orang tua atau pengasuh, cenderung semakin baik juga kualitas pengasuhan terhadap anak,” ucap ECED Ecosystem Lead Tanoto Foundation Fitriana Herarti lewat siaran pers, belum lama ini.

Baca Juga

Dia menjelaskan, pengasuh dengan pendidikan yang lebih tinggi memberikan permainan yang lebih bervariasi. Permainan yang dimaksud seperti mainan fisik-motorik, edukatif, dan imajinatif seperti bermain peran, yang memberikan kesempatan anak bermain secara konstruktif. 

“Sedangkan sebaliknya pengasuh dengan pendidikan dan ekonomi yang lebih rendah memberikan lebih banyak aktivitas fisik seperti berlari, menarik, dan mendorong yang hanya melatih motorik,” jelas dia.

Selain itu, orang tua dengan pendidikan yang lebih tinggi juga memiliki kesadaran yang lebih baik untuk menstimulasi anak dengan membacakan buku. Dari studi itu ditemukan, hanya 21,4 persen dari responden yang membacakan kepada anaknya minimal tiga kali seminggu.

“Sedangkan 56,6 persen orang tua tidak pernah membacakan buku kepada anaknya. Temuan ini juga senada dengan rendahnya tingkat literasi di Indonesia yang juga perlu ditingkatkan,” kata Fitriana.

Pemberian materi belajar juga menjadi temuan dari studi tersebut. Di mana objek belajar merupakan media penting untuk menunjang proses belajar anak. Belajar dalam konteks ini adalah kesempatan anak memahami lingkungan sekitar melalui inderanya dan eksplorasi terhadap lingkungan sekitarnya, bukan belajar dalam sistem pendidikan yang terstruktur.

“Ruangan khusus untuk bermain atau belajar, alat belajar, dan mainan sebagian besar dapat diakses oleh responden yang berdomisili di perkotaan, sedangkan tidak lebih dari 29 persen pengasuh yang tinggal di pedesaan memiliki atau dapat memberikan materi pembelajaran kepada anaknya,” jelas perwakilan dari School of Parenting, Dhisty Azlia Firnandy.

 Di luar itu, pengetahuan pengasuh menjadi....

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement