REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin pada Rabu malam mengungkapkan “kegeramanannya” saat berbicara dengan mitranya dari Israel, Yoav Gallant, terkait serangan terhadap konvoi bantuan kemanusiaan yang menewaskan tujuh pekerja World Central Kitchen (WCK) pekan ini. Tujuh anggota WCK tewas dalam serangan itu.
"Menteri Austin menekankan perlunya mengambil tindakan nyata segera untuk melindungi para pekerja bantuan dan warga sipil Palestina di Gaza setelah berkali-kali gagal berkoordinasi dengan kelompok-kelompok bantuan asing,” kata Pentagon, sebutan bagi Departemen Pertahanan AS, dalam pernyataannya, Kamis (4/4/2024).
Austin meminta Gallant untuk melakukan “penyelidikan cepat dan transparan, mengumumkan kesimpulan mereka kepada publik, dan meminta pertanggungjawaban mereka yang terlibat.” Disebutkan pula bahwa Austin menyatakan bahwa tragedi itu menambah kekhawatiran tentang rencana operasi militer Israel di Rafah.
Pernyataan itu menggambarkan kematian ketujuh pekerja di Gaza tersebut sebagai "tragedi" dan memperumit upaya untuk meningkatkan ketersediaan bantuan kemanusiaan.
"Menteri Austin juga mendorong perlunya peningkatan pesat bantuan yang dikirim melalui semua perlintasan dalam beberapa hari mendatang, khususnya kepada masyarakat di Gaza utara yang terancam kelaparan,” tulis pernyataan itu.
Para pekerja yang tewas dalam serangan Israel tersebut adalah warga Australia, Polandia, Inggris, Palestina, dan seorang dengan kewarganegaraan ganda AS-Kanada. Menurut WCK, meski mereka telah berkoordinasi dengan tentara Israel, konvoi mereka diserang ketika meninggalkan sebuah gudang di Kota Deir al-Balah di Gaza selatan, tempat tim tersebut menurunkan lebih dari 100 ton bantuan makanan ke Gaza.
Lembaga swadaya masyarakat itu sebelumnya meminta Australia, Kanada, Amerika Serikat, Polandia, dan Inggris menuntut penyelidikan independen terhadap serangan tersebut. Israel telah melancarkan serangan militer di Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh kelompok perlawanan Palestina Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.200 orang.
Serangan balasan Israel itu telah menewaskan hampir 33 ribu warga Palestina dan menimbulkan kehancuran massal, mendorong pengungsian, dan kelaparan di wilayah kantong yang dikepung oleh Israel itu.