REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Menurut jajak pendapat YouGov, mayoritas pemilih di Inggris mendukung larangan penjualan senjata ke Israel.
Survei dilakukan terhadap lebih dari 2.000 orang ditugaskan Action for Humanity dan dilakukan sebelum serangan udara pasukan Israel pada Senin (2/4/2024) lalu yang menewaskan tujuh pekerja bantuan, termasuk tiga orang Inggris.
Jajak pendapat, yang dilaporkan The Guardian pada Rabu (3/4/2024), menemukan bahwa 56 persen responden mendukung larangan ekspor senjata dan suku cadang, dibandingkan dengan 17 persen yang tidak.
Dukungan untuk larangan itu terkuat di antara mereka yang berencana untuk memilih Partai Buruh dalam pemilihan mendatang, dengan 71 persen mendukung versus 9 persen menentang.
Tujuh puluh persen pemilih Demokrat Liberal mendukung larangan tersebut, sementara di antara pendukung Konservatif, hanya 38 persen yang mendukung, dengan 36 persen menentangnya.
Dalam jajak pendapat, 59 persen orang mengatakan Israel melanggar hak asasi manusia di Gaza, dengan dua dari tiga pemilih Konservatif berpikir bahwa.
Temuan ini akan mengecewakan bagi Israel, yang secara historis mengandalkan dukungan kuat Inggris. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah berulang kali mengatakan bahwa upaya negaranya untuk menghancurkan Hamas sebagai kekuatan tempur bergantung pada dukungan Barat.
Beberapa politisi senior Israel telah menyatakan keprihatinan bahwa Israel tergelincir ke status paria di panggung dunia.
Dilansir dari Arab News, Kamis (4/4/2024), hampir 33 ribu orang Palestina telah terbunuh di Gaza, tetapi kematian pekerja bantuan asal Inggris, Polandia, Kanada, dan Australia tampaknya telah menciptakan titik kritis bagi kekuatan Barat.
Insiden itu mendorong beberapa politisi Konservatif pada hari Rabu untuk meminta pemerintah Inggris untuk berhenti mengekspor senjata ke Israel.
Secara terpisah, Pemimpin Skotlandia Humza Yousaf para Rabu mengulangi seruannya agar pemerintah Inggris berhenti menjual senjata ke Israel menyusul pembunuhan terhadap pekerja bantuan di Jalur Gaza oleh tentara Israel.
"Jika tidak berhenti menjual senjata ke Israel, Inggris berada dalam bahaya terlibat pembunuhan warga sipil tak bersalah," kata Yousaf memperingatkan Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak dalam suratnya.
Dia mengatakan dirinya telah menyerukan kepada pemerintah Inggris pada Januari untuk melarang izin ekspor senjata dari Inggris ke Israel, tetapi seruannya itu tidak mendapat tanggapan.
"Anda tidak mengambil tindakan apa pun, meski jumlah korban tewas terus meningkat," katanya.
Pernyataannya itu muncul setelah tujuh pekerja badan amal makanan World Central Kitchen (WCK) tewas dalam serangan Israel di Jalur Gaza pada Senin. Mereka berkebangsaan Australia, Polandia, Inggris, dan Palestina, serta ada pula yang berkewarganegaraan ganda AS-Kanada.
Menyusul terjadinya serangan terencana itu, WCK mengatakan pihaknya menghentikan operasi di wilayah kantong Palestina tersebut.
Serangan itu telah memicu kecaman internasional dan mengundang banyak tuntutan agar penyelidikan menyeluruh digelar, termasuk dari PM Sunak.
Sumber: arabnews