REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Emisi karbon dioksida yang diatur di bawah sistem perdagangan emisi Uni Eropa (ETS) turun 15,5 persen pada tahun 2023 karena produksi energi terbarukan melonjak. Demikian menurut pernyataan dari Komisi Eropa.
Sekitar 45 persen dari produksi gas rumah kaca Uni Eropa diatur oleh ETS Uni Eropa, yang merupakan skema andalan bagi blok yang beranggotakan 27 negara tersebut, guna mengatasi pemanasan global dengan membebankan biaya atas hak mengeluarkan karbon dioksida (CO2).
"Emisi tahun lalu berdasarkan Sistem Perdagangan Emisi Uni Eropa (ETS) menunjukkan penurunan emisi tahunan yang paling signifikan sejak ETS diluncurkan pada tahun 2005," kata Komisi Uni Eropa dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters, Kamis (4/4/2024).
Penurunan terbesar terjadi di sektor listrik, yang mengalami penurunan emisi sebesar 24 persen dibandingkan dengan tingkat emisi pada tahun 2022.
"Penurunan ini disebabkan oleh peningkatan substansial dalam produksi listrik terbarukan, terutama angin dan matahari, dengan mengorbankan batu bara dan gas," kata Komisi Eropa.
Emisi dari industri turun sekitar 7 persen karena kombinasi dari penurunan produksi dan peningkatan efisiensi energi. Di sisi lain, emisi dari industri penerbangan meningkat sekitar 10 persen, setelah mengalami penurunan selama pandemi Covid-19.