REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Mantan Presiden Ukraina Petro Poroshenko menyatakan keinginannya untuk berpartisipasi dalam pemilihan presiden berikutnya di negaranya. "Jika Anda bertanya kepada saya apakah saya berencana mencalonkan diri pada pemilu berikutnya - ya," kata Poroshenko dalam wawancara dengan stasiun televisi Aljazirah, Selasa (2/4/2024).
Namun sebelum itu, Ukraina perlu memenangi konflik dengan Rusia untuk menyelenggarakan pemilihan presiden, kata presiden yang menjabat pada 2014-2019 itu. Ukraina dijadwalkan mengadakan pemilihan presiden pada 31 Maret tahun ini, tetapi dibatalkan karena konstitusi negara itu melarang pemilu digelar di bawah status darurat militer, yang telah berlaku sejak Rusia melancarkan operasi militer di negara tetangganya itu.
Pada Februari, parlemen Ukraina menyetujui perpanjangan status darurat militer selama 90 hari berikutnya. Presiden petahana Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, yang dilantik pada Mei 2019, mengatakan ini "bukan waktu yang tepat" untuk mengadakan pemilu.
Sementara itu, Rusia kemungkinan tidak perlu mengakui Zelenskyy sebagai pemimpin sah Ukraina setelah masa jabatannya berakhir pada 21 Mei. Hal ini sempat disampaikan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, pekan lalu.
"Berbicara mengenai 20 Mei dan apa yang akan terjadi pada 21 Mei, marilah kita hidup sampai saat itu terlebih dahulu. Mungkin pada saat itu, tidak perlu ada pengakuan apa pun," kata Lavrov.
Lavrov mengatakan hal itu untuk menanggapi pernyataan Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia, yang mengatakan bahwa keputusan Zelenskyy untuk tidak menggelar pemilihan presiden akan membuat dirinya tidak sah memimpin Ukraina mulai 21 Mei 2024.