REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Eksistensi Masjidil Aqsa terus mendapatkan gangguan dari Yahudi Israel. Mereka berupaya menghancurkan masjid suci bagi agama Islam ini dengan segala cara. Situasi ini membuat banyak kelompok pejuang Al-Aqsa terus melakukan kampanye mengecam upaya Yahudi Israel.
Namun doktrin-doktrin agama yang terus digaungkan oleh kelompok Islam pejuang Al-Aqsa belum sepenuhnya menyatukan suara mengecak secara keras tindakan Yahudi Israel. Beberapa negara Islam ada yang mengambil langkah diplomatis dalam hal ini.
Pengamat Timur Tengah, Smith Alhadar justru melihat Masjid Al Aqsa masih menjadi platform penyatu umat Islam. Menurutnya bukti bahwa Al-Aqsa menjadi pemersatu umat Islam dengan berdirinya Organisasi Konferensi Islam (OKI) pada tahun 1969. Saat itu terbentuknya OKI dipicu oleh pembakaran Masjid al-Aqsa oleh seorang pemuda Yahudi fanatik.
"OKI (sejak 2011 berubah menjadi Organisasi Kerjasama Islam) dibentuk awalnya bertujuan menjaga eksistensi al-Aqsa. Ini membuktikan bahwa eksistensi Masjid Al Aqsa menjadi pemersatu umat Islam seluruh dunia," ujar Alhadar kepada republika.co.id, Jumat (5/4/2024).
Hal tersebut, kata Alhadar, yang menjadi alasan utama mengapa rezim zionis tidak berani menganeksasi Masjid Al Aqsa. OKI juga menunjukkan perannya ketika pada tahun 2020, saat Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai milik Israel dan diikuti dengan pemindahan Kedubes Amerika Serikat ke sana.
"OKI melakukan KTT Darurat yang mengecam tindakan Trump. Jadi Al Aqsa masih menjadi platform penyatu umat Islam," katanya menegaskan.
Ada banyak yang melatarbelakangi...