REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah naiknya harga pangan dan risiko kerawanan pangan, Lembaga Riset Institute For Demographic and Poverty Studies (IDEAS) memperkirakan potensi zakat fitrah 2024 berada di kisaran 421 ribu ton sampai 475 ribu ton beras, yang jika dinominalkan setara Rp 4,8 triliun sampai Rp 5,3 triliun.
"Untuk mengatasi risiko (kerawanan pangan) itu, kita punya tradisi dan ibadah zakat fitrah," ungkap peneliti IDEAS, Tira Mutiara, melalui keterangan tulis, Sabtu (6/4/2024).
Ia menjelaskan, angka zakat gitrah tersebut didapat dengan estimasi jumlah penduduk Muslim yang wajib menunaikan zakat fitrah sebanyak 168,3 juta orang hingga 189,9 juta orang, atau sekitar 80,0 – 90,0 persen dari total penduduk Muslim.
Potensi zakat fitrah ini meningkat dibandingkan 2023 yang berkisar 417,3 ribu ton hingga 470,7 ribu ton beras atau setara Rp 4,26 triliun–Rp 4,74 triliun. Estimasinya, jumlah penduduk Muslim yang wajib menunaikan zakat fitrah berjumlah antara 166,9 juta orang hingga 188,3 juta orang.
Tira menambahkan, jika tergali dan terdistribusi dengan baik, zakat fitrah memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan untuk membantu memerangi kemiskinan, terutama kemiskinan ekstrem.
Pangan adalah kebutuhan manusia terpenting, sehingga memastikan ketercukupan konsumsi pangan terutama bagi penduduk di lapisan terbawah adalah krusial. Apalagi pada upaya penanggulangan kemiskinan yang kredibel.
Tujuan akhir yang ingin dicapai zakat fitrah adalah pemerataan konsumsi pangan melalui consumption-transfer dari kelompok kaya ke kelompok miskin.
"Distribusi konsumsi pangan yang lebih merata, akan menekan masalah-masalah sosial di masyarakat. Terutama masalah yang berasal dari rendahnya konsumsi pangan seperti kelaparan ekstrem, kurang gizi dan gizi buruk, hingga stunting," kata Tira menjelaskan.