Ahad 07 Apr 2024 08:19 WIB

Aktor Joker Joaquin Phoenix dan Pekerja Kreatif Yahudi Tolak Pembungkaman di Hollywood

Jonathan Glazer yang merupakan sutradara keturunan Yahudi kini dapat dukungan.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Aktor Joaquin Phoenix dalam film Joker. Phoenix dan seratusan pekerja kreatif Hollywood keturunan Yahudi teken surat dukungan untuk Jonathan Glazer.
Foto: Warner Bros via AP
Aktor Joaquin Phoenix dalam film Joker. Phoenix dan seratusan pekerja kreatif Hollywood keturunan Yahudi teken surat dukungan untuk Jonathan Glazer.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktor Joaquin Phoenix, Elliott Gould, Chloe Fineman, dan lebih dari 150 orang lainnya masuk dalam deretan pesohor yang meneken surat terbuka untuk mendukung pidato sutradara Jonathan Glazer saat menerima Piala Oscar 10 Maret lalu. Pidato Glazer turut mengkritik konflik kemanusiaan yang terjadi antara Israel dan Palestina, terutama krisis kemanusiaan di Gaza.

Surat terbuka itu muncul setelah tujuh pekerja World Central Kitchen terbunuh oleh serangan Israel. Sebelumnya, lebih dari 1.000 pekerja kreatif, eksekutif, dan profesional Yahudi di Hollywood mengecam pidato Glazer karena dianggap menggaungkan premis kebencian dan anti-Yahudi di seluruh dunia.

Baca Juga

Glazer belum secara terbuka menyampaikan pendapatnya mengenai reaksi negatif terhadap pidatonya. Terlepas dari itu, awal pekan ini dia menyumbangkan tujuh poster The Zone of Interest yang telah ditandatangani ke lelang Bioskop untuk Gaza guna mengumpulkan dana bantuan medis bagi rakyat Palestina.

Sementara itu, seratusan orang yang menyatakan dukungan terhadap pernyataan Jonathan Glazer di Oscar 2024 mengatasnamakan kelompok seniman, pembuat film, penulis, dan profesional kreatif Yahudi. Mereka terkejut melihat beberapa rekan di industri salah mengartikan dan mengecam pernyataan Glazer.

"Serangan mereka terhadap Glazer adalah gangguan berbahaya dari peningkatan kampanye militer Israel yang telah menewaskan lebih dari 32.000 warga Palestina di Gaza dan menyebabkan ratusan ribu orang berada di ambang kelaparan. Kami berduka atas semua orang yang telah terbunuh di Palestina dan Israel selama beberapa dekade, termasuk 1.200 warga Israel yang terbunuh dalam serangan Hamas 7 Oktober dan 253 warga yang disandera," bunyi surat terbuka itu.

"Serangan terhadap (Jonathan) Glazer juga memiliki efek membungkam industri kreatif di sana, berkontribusi terhadap iklim penindasan yang lebih luas terhadap kebebasan berpendapat dan perbedaan pendapat. Padahal, itu kualitas yang harus dijunjung tinggi di bidang ini."

Glazer, Tony Kushner, Steven Spielberg, dan banyak seniman lain dari berbagai latar belakang mengecam pembunuhan warga sipil Palestina. Mereka menyatakan bahwa menyuarakan kritik kemanusiaan tidak bisa dianggap sebagai memicu antisemitisme.

"Kami menghormati Holocaust dengan mengatakan: Tidak akan ada lagi Holocaust bagi siapa pun," demikian kesimpulan pernyataan Glazer.

Berikut isi lengkap surat terbuka Phoenix dan kawan-kawan:

"Kami adalah seniman, pembuat film, penulis, dan profesional kreatif Yahudi yang mendukung pernyataan Jonathan Glazer di Oscar 2024. Kami terkejut melihat beberapa rekan kami di industri ini salah mengartikan dan mengecam pernyataannya. Serangan mereka terhadap Glazer merupakan gangguan berbahaya dari kampanye militer Israel yang semakin meningkat yang telah menewaskan lebih dari 32.000 warga Palestina di Gaza dan menyebabkan ratusan korban jiwa, ribuan orang di ambang kelaparan. Kami berduka atas semua orang yang telah terbunuh di Palestina dan Israel selama beberapa dekade, termasuk 1.200 warga Israel yang terbunuh dalam serangan Hamas pada 7 Oktober dan 253 sandera yang disandera.

Serangan terhadap Glazer juga mempunyai efek membungkam industri kita, berkontribusi terhadap iklim penindasan yang lebih luas terhadap kebebasan berpendapat dan perbedaan pendapat, yang merupakan kualitas yang harus dihargai oleh bidang kita. Glazer, Tony Kushner, Steven Spielberg dan banyak seniman lain dari berbagai latar belakang mengecam pembunuhan warga sipil Palestina. Kita semua harus bisa melakukan hal yang sama tanpa dituduh memicu antisemitisme."

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement