REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merespons pernyataan imam jamaah Aolia di Gunungkidul soal penentuan Idul Fitri 2024. Imam jamaah Aolia, Raden Ibnu Hajar Pranolo alias Mbah Benu, sempat menyampaikan “ menelepon Allah” untuk menentukan 1 Syawal atau Idul Fitri.
Ketua PWNU DIY Ahmad Zuhdi Muhdlor mengatakan, pihaknya mengutus tim untuk menemui dan mengirimkan surat kepada Mbah Benu di Gunungkidul, DIY, pada Ahad (7/4/2024). “Kita mengutus tim Aswaja Center dan LPBH (Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum NU), lembaga bantuan hukum kita. Terus didampingi PWNU Gunungkidul,” kata dia kepada wartawan, Ahad.
Menurut Zuhdi, PWNU merasa perlu mengingatkan Mbah Benu terkait pernyataannya yang viral belakangan ini. Hal itu disebut dilakukan agar Mbah Benu dengan umat Islam tidak terjebak pada pemahaman dan akidah yang salah.
“Karena, dalam pandangan kami, kajian kami, memang dari beberapa statement beliau itu ada titik-titik yang sangat rawan dan itu dalam tanda kutip salah, sehingga kita sesama umat perlu mengingatkan agar tidak terjebak lebih jauh ke dalam kesalahan,” ujar Zuhdi.
Zuhdi mengatakan, PWNU mengimbau Mbah Benu agar lebih berhati-hati dalam menyampaikan pernyataan. Ihwal pernyataan Mbah Benu “menelepon Allah” dalam menentukan Idul Fitri, kata dia, hal itu seakan memersonifikasi Tuhan.
“Jadi, Tuhan itu seperti sosok atau pribadi, yang dalam pandangan makhluk itu mempunyai struktur tubuh. Itu kan wujud personifikasi, yang dalam Islam sangat ditentang karena itu bisa menjurus kepada kemusyrikan,” kata Zuhdi.