Ahad 07 Apr 2024 22:29 WIB

Durhaka Secara Zahir dan Diam-diam, Begini Penjelasannya

Orang tua harus didik anak agar jauh dari sifat durhaka.

Rep: mgrol151/ Red: Erdy Nasrul
Anak durhaka ingin bertobat (ilustrasi)
Foto: republika
Anak durhaka ingin bertobat (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang tua adalah pilar utama dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak-anak mereka. Namun, sayangnya, dalam beberapa kasus, hubungan antara orang tua dan anak bisa terjerat dalam konflik yang disebabkan oleh perilaku durhaka. 

Durhaka sebagai tindakan tidak hormat atau tidak patuh terhadap orang tua, merupakan masalah yang kompleks dan seringkali menghasilkan konsekuensi yang menyakitkan bagi kedua belah pihak.

Baca Juga

Perlu dipahami bahwa durhaka tidak hanya terbatas pada tindakan-tindakan yang terlihat secara fisik, tetapi juga bisa bersifat emosional dan psikologis. 

Misalnya, mengabaikan nasehat orang tua, memilih untuk tidak mendengarkan mereka, atau bahkan menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan oleh orang tua merupakan bentuk durhaka yang dapat merusak hubungan.

Akan tetapi, apakah durhaka hanya bisa dinobatkan dari anak kepada orang tua? Apakah ada orang tua yang durhaka terhadap anaknya? 

Dalam ceramah Buya Yahya menjelaskan bahwa pentingnya kesadaran menjadi seorang anak terlebih dahulu sebelum memikirkan menjadi orang tua. 

Buya Yahya menyoroti bahwa menjadi seorang anak yang baik merupakan langkah pertama yang harus diambil sebelum memikirkan peran sebagai orang tua di masa depan. Menjadi anak yang berbakti dan memperhatikan kesejahteraan orang tua merupakan kunci dalam ajaran agama dan nilai-nilai moral yang luhur.

Ditekankan bahwa berbakti kepada orang tua adalah kewajiban besar yang diatur dalam ajaran agama, namun juga penting untuk memperhatikan bahwa orang tua juga memiliki tanggung jawab terhadap anak-anak mereka.

Dengan demikian, saat ini setiap anak hanya perlu fokus untuk berbakti kepada orang tua. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement