Selasa 09 Apr 2024 07:48 WIB

PBB Desak De-eskalasi Perbatasan Israel-Lebanon

PBB menegaskan masih ada ruang untuk deeskalasi.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Pasukan penjaga perdamaian PBB asal Spanyol berdiri di sebuah bukit yang menghadap desa-desa perbatasan Lebanon dengan Israel di kota Marjayoun pada Rabu, 10 Januari 2024.
Foto: AP Photo/Hussein Malla
Pasukan penjaga perdamaian PBB asal Spanyol berdiri di sebuah bukit yang menghadap desa-desa perbatasan Lebanon dengan Israel di kota Marjayoun pada Rabu, 10 Januari 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Pejabat-pejabat PBB di Lebanon mendesak kekerasan di perbatasan Israel-Lebanon yang sudah berlangsung selama enam bulan harus diakhiri. Mereka mendesak de-eskalasi saat "ruang diplomasi masih tersedia."

"Baku tembak di perbatasan Israel-Lebanon di seluruh Garis Biru selama enam bulan terakhir, dan terus berlanjut, sudah menimbulkan banyak korban jiwa dari kedua belah pihak," kata Koordinator Khusus PBB untuk Lebanon Joanna Wronecka dan kepala Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) Aroldo Lazaro dalam pernyataan bersama mereka, Senin (8/4/2024).

Baca Juga

Pasukan penjaga perdamaian UNIFIL berpatroli di perbatasan Lebanon dan Israel yang disebut Garis Biru. Perbatasan itu ditetapkan PBB pada tahun 200 setelah pasukan Israel mundur dari selatan Lebanon.

Para pejabat PBB mendesak kedua belah pihak untuk menggunakan semua cara untuk menghindari eskalasi. "Ekspansi perlahan dalam cakupan dan skala yang konfrontatif, meningkatkan signifikan resiko kesalahan perhitungan dan semakin memperburuk situasi yang mengkhawatirkan," kata para pejabat PBB itu.

Sementara di aplikasi kirim-pesan Telegram, militer Israel mengklaim menggelar serangan duara ke "infrastruktur militer Hizbullah" di Kota Khaim, Lebanon, sekitar enam kilometer dari perbatasan Israel. Serangan dilakukan setelah menemukan satu "operatif" kelompok itu di sana.

Satu hari sebelumnya militer Israel melaporkan mereka membunuh tiga pejuang Hizbullah termasuk salah satu komandannya Ali Ahmad Hussien dalam serangan udara di daerah as-Sultaniyah di selatan Lebanon. Militer Israel mengklaim Ali Ahmad Hussien bertanggung jawab untuk merencanakan dan mengeksekusi serangan ke Israel. Komandan itu juga bagian dari pasukan elit Hizbullah, Radwan Force.

Hizbullah mengeluarkan pemberitahuan pemakaman Hussien. Militer Israel dan dua sumber keamanan Lebanon mengatakan serangan ke as-Sultaniyah itu juga menewaskan dua orang lainnya.

Hizbullah dan militer Israel baku tembak di perbatasan sejak Israel menyerang Gaza bulan Oktober lalu. Bentrokan ini meningkatkan kekhawatiran konflik dapat menyebar ke seluruh kawasan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement