REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant pada Ahad (7/4/2024) mengatakan, penarikan pasukan dari Kota Khan Younis adalah bagian dari persiapan melancarkan serangan darat ke Kota Rafah di Jalur Gaza selatan. “Pasukan keluar (dari Gaza) dan bersiap untuk misi masa depan mereka, kami melihat contoh aksi misi tersebut di (Rumah Sakit) Shifa, dan juga untuk misi masa depan mereka di wilayah Rafah,” kata Gallant dalam pernyataan yang dikutip oleh lembaga penyiaran publik Israel, KAN.
“Kami akan mencapai situasi di mana Hamas tidak mengendalikan Jalur Gaza dan tidak berfungsi sebagai kerangka militer yang menimbulkan risiko bagi warga negara Israel,” tambahnya. Media Israel melaporkan pada Ahad pagi bahwa tentara Israel telah menarik divisi k-98, dengan tiga brigadenya, dari Khan Younis di Jalur Gaza selatan.
Menurut Radio Angkatan Darat, hanya ada satu brigade yang masih berada di Gaza, Brigade Nahal, yang bertanggung jawab mengamankan koridor yang didirikan tentara Israel untuk mencegah warga Gaza kembali ke utara. Tentara Israel telah mengumumkan rencana untuk menyerang Rafah, tempat lebih dari 1,4 juta orang mengungsi dari perang Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.
Rencana Israel untuk melakukan serangan di Rafah telah menimbulkan peringatan internasional, dan banyak yang mendesak agar operasi tersebut dapat ditahan atau dibatalkan. Israel telah melancarkan serangan mematikan di Jalur Gaza sejak serangan lintas batas pada awal Oktober 2023 oleh kelompok Palestina, Hamas, dan menewaskan kurang dari 1.200 orang.
Hampir 33.200 warga Palestina telah tewas dan hampir 75.900 lainnya terluka di tengah kehancuran massal dan kekurangan kebutuhan pokok. Israel juga menerapkan blokade yang melumpuhkan Jalur Gaza yang menyebabkan penduduknya, terutama penduduk di Gaza utara, di ambang kelaparan.
Perang Israel telah mengakibatkan 85 persen populasi Gaza terpaksa mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan. Sementara 60 persen infrastruktur di wilayah tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.
Israel juga telah dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ), yang pada pekan lalu ICJ meminta Israel berbuat lebih banyak untuk mencegah kelaparan di Gaza.