REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) kini benar-benar dibuat frustrasi oleh tindakan Israel di Jalur Gaza. AS pun kini berharap negara Zionis itu memenuhi komitmennya untuk menghentikan ancaman kepada warga sipil di wilayah kantung itu dan mengizinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan masuk ke sana.
Hal ini disampaikan Penasihat Komunikasi Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, dalam wawancara dengan saluran berita ABC pada Ahad, (7/4/2024). “... hal ini menunjukkan tingkat frustrasi yang semakin besar yang kami alami terhadap cara pelaksanaan operasi ini dan cara Israel bertindak di lapangan sehubungan dengan jatuhnya korban sipil. Jadi kami semakin frustrasi," kata Kirby.
Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu meyakinkan Presiden AS Joe Biden bahwa Israel akan memenuhi permintaan AS, tambah Kirby. "Kita harus melihat...jika mereka benar-benar memenuhi komitmennya dari waktu ke waktu dengan cara yang berkelanjutan dan dapat diverifikasi sehingga kepercayaan dapat dipulihkan, tidak hanya antara pekerja bantuan dan IDF (angkatan bersenjata Israel0, tetapi juga antara masyarakat Gaza dan Israel,” kata Kirby.
Di hari yang sama, Kirby mengatakan kepada CBS News bahwa Washington masih belum melihat bukti Israel melanggar hukum humaniter internasional selama operasi militernya di Jalur Gaza. Pada 1 April, tujuh pekerja bantuan dari World Central Kitchen yang berasal dari Australia, Polandia, Inggris, Palestina dan seorang warga negara ganda AS dan Kanada terbunuh dalam serangan Israel di Jalur Gaza. Akibatnya, organisasi kemanusiaan itu menangguhkan operasinya di wilayah itu setelah insiden mematikan tersebut.