Selasa 09 Apr 2024 16:10 WIB

Profesor Haedar Nashir Sampaikan Refleksi Ramadhan 1445 Hijriyah

Takwa bukan sekadar relasi habluminallah, tapi juga habluminannas.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Gita Amanda
Ketua Umum PP Muhammadiyah Profesor Haedar Nashir menjelaskan, takwa merupakan ketaatan kepada Allah SWT yang melahirkan kesalihan pada diri sendiri, keluarga, umat dan bangsa. (ilustrasi)
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ketua Umum PP Muhammadiyah Profesor Haedar Nashir menjelaskan, takwa merupakan ketaatan kepada Allah SWT yang melahirkan kesalihan pada diri sendiri, keluarga, umat dan bangsa. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ramadhan 1445 Hijriyah berakhir, tentu yang diharapkan dari yang menjalankan ibadah puasa Ramadhan adalah lulus dengan predikat sebagai insan yang bertakwa. Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Profesor Haedar Nashir menjelaskan, takwa merupakan ketaatan kepada Allah SWT yang melahirkan kesalihan pada diri sendiri, keluarga, umat dan bangsa, bahkan pada relasi kemanusiaan.

"Takwa bukan sekadar relasi habluminallah. Tapi juga habluminannas dalam seluruh rangkaiannya,” kata Haedar pada Selasa (9/4/2024) dalam Refleksi Idul Fitri 1445 Hijriyah.

Baca Juga

Menegakkan kebenaran sebagai aktualisasi takwa menurut Haedar bisa melalui banyak cara, mulai dari hal-hal kecil yang berdampak pada diri sendiri, sampai yang lebih luas dengan dampak kebaikan pada semua. Wujud takwa pada diri seorang mukmin adalah terpatrinya keimanan sebagaimana rukunnya, menjalankan rukun Islam, serta memiliki jiwa ihsan dalam berbagai dimensi.

Tidak hanya itu, takwa juga dapat diekspresikan dalam perilaku yang lebih operasional. Seperti yang disebutkan dalam Surat Ali Imran Ayat 134, yakni orang yang menafkahkan hartanya di kala lapang maupun sempit.